vakumnya aktifitas politik kampus di FH Unsri dituding sebagian mahasiswa BEM FH Unsri bak macan ompong yang tak lagi garang. butuh waktu sekitar lima bulan lebih detak henyak kehidupan politik kampus kembali dikibarkan. penggiatnya mencoba berupaya agar FH Unsri tak lagi kehilangan taringnya seperti halnya isu yang merebak.
diawali dengan proses peralihan gubernur BEM FH Unsri periode 2010/2011, M. Suherial Amin banyak pihak yang menyayangkan pilihan Aldo (sapaan akrabnya) meninggalkan BEM sebelum pemilihan raya digulirkan. tak pelak, hal ini menimbulkan sedikit polemik akan responsibilitas Aldo selaku gubernur mahasiswa. namun, hingga kini keterangan yang bersangkutan tak berujung pada solusi konkrit terhadap BEM FH itu sendiri.
tak ayal, pasca peninggalan tampuk kepemimpinan mahasiswa praktis BEM FH mengalami kekosongan pemimpin. tak hanya itu, kendala teknis turut pula menghiasi awan kelabu BEM FH yang semakin diujung tanduk. sejumlah pegiat BEM yang rata-rata angkatan 2007 kebanyakan telah memasuki semester akhir menjelang kelulusan.
hal tersebut berimplikasi pada kurang berpengalamanya regenerasi BEM dalam memposisikan diri sebagai Ormawa yang membawahi BO-BO dalam lingkup fakultas hukum. praktis, pasca peninggalan sesepuh dari BEM tak ada kegiatan besar yang diagendakan BEM FH Unsri. denyut kehidupan kampus benar-benar mati. kegiatan kampus kebanyakan bertumpu pada beberapa BO yang masih tetap eksis menyemarakan FH.
menurut hemat saya, hanya satu kegiatan yang diselenggarakan BEM FH yang dapat dikatakan adalah titik balik eksistensi BEM. Kongres Luar Biasa ISMAHI kemarin dapat dikatakan merupakan perhelatan sukses ditengah kegamangan BEM. kendati dihalang kendala baik teknis maupun non teknis yang mengganggu jalannya acara. akan tetapi, overall kegiatan KLB Ismahi berlangsung sukses.
satu catatan saya selama mencermati perjalanan BEM. pasca transisi kepemimpinan pra-pemira dari Aldo selaku gubernur mahasiswa ke Henrico (PJS BEM) praktis kecil kemungkinan mekanisme kontrol buat sang PJS. tak ayal, kalangan mahasiswa menuding pasca kehilangan taring BEM kini hanyalah sebuah kamuflase dibalik perkumpulan organisasi eksternal dalam internal kampus. tak jadi soal sebenarnya bilaman sekretariat pegiat BEM diisi oleh oknum organisasi eksternal. namun yang menjadi pertanyaan, kenapa sekretariat BEM seolah menjadi sarang HMI. disini saya mulai mengendus aroma politik kampus yang tidak menyenangkan. betapa fungsi sekretariat BEM digunakan bagi pegiat BEM dimanfaatkan guna mencapai tujuan yang dicita-citakan, alih-alih menyelenggarakan kegiatan sekretariat BEM bermetamorfosa sebagai ajang kongkow-kongkow.
sedikit menuai keprihatinan akan nasib BEM kedepannya. namun, kegundahan itu perlahan sirna dengan digulirkanya pemilihan umum mahasiswa FH Unsri. kamis (24/11) menjadi tanggal bersejarah dalam kampus FH. betapa tidak, untuk kali pertama pemira dihelat kendati molor hampir selama lima bulan.
yang mencalonkan ada dua pasang. KPU Pemira FH Unsri melansir, calon nomor urut 1 diduduki Almeidy dan calon nomor urut 2 dibukukan Henrico (PJS BEM). secara track record, keduanya memang belum memliki reputasi organisasi yang menjulang. Almeidy sebelum menjabat sebagai ketua Olympus pun belum begitu bersinar. terbukti, Olympus layaknya BEM yang hanya hidup pada saat proses pengenalan kampus (P2K) kepada mahasiswa baru digulirkan. kemudian, Henrico. menurut catatan saya, reputasi organisasi Henrico dapat dikatakan lebih laik secara kuantitas. henrico pernah bergabung bersama Olympus, Alsa, BEM, HMI. namun, isu yang menerpa dirinya dapat menjadi boomerang karirnya di pentas politik kampus FH Unsri. akan tetapi, saya menghimpun keduanya masih terlalu muda untuk memimpin BEM FH Unsri.
dengan sekelumit dan kompleksitas permasalahan yang luas, BEM dapat menjadi objek vital kekisruhan.
pada akhirnya, saya mencermati adanya satu bentuk disharmonisasi manajemen aktifitas mahasiswa. hilangnya skrip AD/ART BEM FH Unsri memungkinkan akan terjadinya indikasi penyelewengan lantaran tak ada landasan hukum yang mendasarinya. hal ini linear dengan berita yang merebak bahwa pemira 2011 akan segera digulirkan. pemira yang pertama menurut calon nomor urut 2 telah terjadi indikasi kecurangan. asumsinya, KPU dan calon nomor urut 1 kongkalikong dalam proses penghitungan suara. walhasil, dimotori PD III, Rd. M. Ikhsan mengamini permintaan calon nomor urut 2 untuk menggelar pemira ulang. terlihat, yang sebenarnya kongkalikong itu siapa ?
I. Pendahuluan
Dewasa
ini, indikasi kejahatan yang beredar menjadi satu keniscayaan. Tak hanya
dikota-kota besar, wilayah pinggiran dari suatu daerah kerap menjadi lahan
subur terjadinya perbuatan melawan hukum. Variannya beragam, kejahatan terhadap
nyawa dan harta kekayaan menempati urutan tertinggi. Tak hanya itu, perbedaan
jender saban hari menjadi incaran pelaku kejahatan dalam memuluskan niatnya.
Bahkan,
statistik yang dilansir di harian Kompas[1],
mewartakan terjadinya angka penurunan indeks kriminalitas yang terjadi di
seluruh wilayah nusantara. Kendati demikian, bila melihat data kuantitatif yang
dikeluarkan Kompas mengindikasikan betapa angka kriminalitas di Indonesia
sangat subur.
Tak
ayal, saban hari bila kita cermat memerhatikan pemberitaan lokal dan nasional,
media kerap mereportasikan informasi seputar dunia kejahatan yang terjadi dalam
hitungan detik. Bahkan, dengan semakin besarnya laju pertumbuhan Negara Indonesia
yang mencapai 3-4 juta jiwa/tahun dibarengi dengan pertumbuhan laju angka kriminalitas
yang mencapai 10 menit/tindakan kejahatan). [2]
Hal
ini justru diperparah dengan semakin menjamurnya tindak kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang semenjak
tahun 2007 mengalami grafik peningkatan yang sangat signifikan. dinamika
kependudukan lagi-lagi menjadi dalih atas semakin goyahnya stabilitas Negara.
Negara
menghadapi tantangan ekstra berat dalam meminimalisir dan menekan laju angka
kriminalitas yang bermuara dari semakin buruknya kondisi sosial-ekonomi di
Indonesia. kendati laju pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami peningkatan
yang ditandai dengan pencapaian maksimal RI dalam pengembangan Human Develompent Index (HDI) yang
mencapai titik tertinggi sebesar 0,600 % bahkan institusi keuangan internasional
menyebutkan bahwa Indonesia dikategorikan sebagai tujuan investasi paling
layak. [3]
Paparan
demikian menunjukan betapa masalah ekonomi masyarakat Indonesia tidak dalam
kategori sebagai sebuah Negara gagal.[4] Namun,
perlu ditelaah secara sosiologis apa yang menjadi motif pelaku kejahatan dalam
melancarkan aksinya.
Berkenaan
dengan itu, penanganan kasus-kasus kejahatan baik berupa tindakan preventif
hingga represif dari aparat penegak hukum seharusnya dapat dimaksimalkan secara
optimal. Penguatan aspek lembaga-lembaga penegak hukum yang terstruktur dalam
satu bentuk integrasi kehakiman (Integrated
Criminal Justicei) perlu dilakukan. [5]
II. Pembahasan
Berdasarkan amar putusan Pengadilan
Negeri kelas 1A Surabaya yang menjatuhkan vonis kepada Anton Setiono Bin
Mukayat dengan pasal 338 KUHP tentang pembunuhan. Berdasakan keterangan yang
berhasil dihimpun, asal muasal terjadinya pembunuhan diketahui lantaran saling
ejek antara Anton Setiono Bin Mukayat (Terdakwa) dengan Mohamad Haryadi al.
Solik (Korban) yang mengakibatkan hilangnya nyawa korban. ‘
Berdasarkan keterangan primair yang
dibuktikan oleh penyidik menyebutkan bahwa dalam kasus saling ejek di sebuah
arena bilyar tersebut tak hanya tersangka dan korban yang tengah berada
ditengah kejadian. Kendati awal mula cek-cok mulut diantara keduanya (tersangka
dan korban) tak menuai hilangnya nyawa seseorang, namun rekanan keduanya dapat
dikatakan melakukan delik pembiaran yang diduga sepantasnya ia tahu bahwa akan
terjadi satu bentuk hal yang tidak wajar. Saksi PRAPTO,
saksi ZAENAL al. BONENG, saksi NANANG al. NGOWOS, saksi DODIK al. FILIN adalah
nama-nama rekanan korban dan tersangka yang dapat didakwakan melakukan delik
pembiaran terhadap orang yang perlu ditolong (Pasal 304 KUHP)[6]
Berkenaan dengan dugaan telah terjadinya delik pembiaran
dari rekanan korban dan tersangka, Mohamad Haryadi yang pada saat dugaan telah
terjadinya delik pembiaran dari rekanan korban dan tersangka, tengah dalam
keadaan tak berdaya lantaran dipukuli oleh tersangka. Berdasarkan keterangan
saksi dan tersangka, kelimanya hanya melakukan peleraian.
Selain itu, perlu pula ditelaah
pasal 350 KUHP ayat (1) dan (3) tentang penganiayaan yang menyatakan bahwa : (1)
penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan
atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (3) jika
mengakibatkan mati maka diancam dengan penjara paling lama tujuh tahun. Meruntut
penjatuha vonis bagi pelaku tindak pidana, secara teoritik dapat digunakan
rumusan pemidanaan sederhana dengan menggunakan sistem absorspsi tambahan.
Sistem
tersebut merupakan sistem yang memungkinkan terjadinya penggabungan (Samenloop). Menurut Pasal 65 KUHP sistem
ini dipakai jika beberapa kejahatan diancam dengan hukuman utama sejenis
tergabung dari berbagai perbuatan yang tidak berhubungan. [7]
Selain
itu, dalam ilmu hukum pidana juga dijelaskan bahwa penggabungan tindak pidana (Samenloop van Strafbare Feiten) itu
dibagi dalam beberapa macam diantaranya[8] :
a.
Endaadsche
Samenloop atau Concurcus Idealis
b.
Voortgezette
Samenloop
c.
Meerdaadsche
Samenloop atau Concurcus Realis
Dari
ketiga macam gabungan (Samenloop)
ini, yang benar-benar merupakan gabungan ialah yang disebut sub c, yaitu
beberapa perbuatan digabungkan menjadi satu, maka juga dinamakan Concurcus Realis. Sedangkan gabungan sub
a dinamakan Concurcus Idealis oleh karena
sebenarnya tiada hal yang digabungkan, melainkan ada satu perbuatan yang
memancarkan sayapnya kepada beberapa pasal ketentuan hukum pidana.
Relevan
dengan kasus pembunuhan (Vide : Pasal 338 jo Pasal 350 KUHP) Anton Setiono
dapat dikenakan pasal berlapis lantaran telah melakukan penganiayaan yang
menimbulkan hilangnya nyawa korban atau berujung pada kematian.
Kendati
vonis pengadilan negeri kelas 1A Surabaya hanya menjatuhkan satu pasal yakni
pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dengan kurungan penjara selama 12 tahun dan
dikurangi masa hukuman semasa menjalani pemeriksaan, namun ditelaah berbelok
sedikit sebetulnya tersangka telah melakukan penggabungan delik pidana lantaran
sebelum eksekusi terjadinya pembunuhan (Vide : Pasal 338 KUHP) didalam Surat Putusan
dijelaskan bahwa korban sebelumnya mendapatkan penganiayaan berupa beberapa
pukulan yang mengenai kepala korban.
Namun,
berdasarkan hasil Visum et Repertum memang tidak dijelaskan secara mendetail
lantaran proses peradilan hanya mengacu pada akibat (Delik Materiil) tidak
melakukan analisis yuridis dalam dunia forensic terhadap kejadian secara
runtut. Apakah sebelum terjadinya pembunuhan korban telah mendapatkan kekerasan
fisik secara langsung yang dapat menimbulkan penambahan masa tahanan tersangka
lantaran perbuatan yang dilakukannya.
Kendati
demikian, hakim telah menjalankan posisi dan fungsinya secara strategis dengan
pertimbangan matang. Hakim jelas jauh lebih tahu lantaran telah mendengarkan
petum (penuntut umum) dan kesaksian langsung dari saksi mata dan tersangka. Hakim
yang sebelum menjatuhkan vonis kepada terdakwa telah melakukan analisis
perspektif secara seimbang dengan memerhatikan aspek yuridis, sosiologis dan
filosofis yang dapat membantu efisiensi kinerja hakim dalam
menjatuhkan/mengadili satu tindak pidana.
Oleh
karena itu, agar langit tidak runtuh (Fiat Justicia Ruat Culum) hukum harus
tetap ditegakan dengan memenuhi rasa keadilan masyarakat, dan memenuhi asas
kepastian hukum dan kebermanfaatan hukum agar tercipta akuntabilitas law enforcement dalam lingkup peradilan
pidana di Indonesia yang jauh lebih baik.
Fungsi
hakim tentunya tak hanya sebatas sebagai corong undang-undang. Tentu hakim
mempunyai otoritas dalam rangka menemukan hukum (rechtsvinding). Hakim dan hukum ibarat dua mata pisau yang tak
terpisahkan, keberadaan hukum selalu berbanding lurus dengan eksistensi hakim. Sudah
barang tentu, hukum yang dicpitakan hakim harus pula memenuhi rasa keadilan
masyarakat bilamana ketentuan pokok pemidanaan yang tercantum dalam satu bentuk
pengkodifikasian UU Hukum Pidana (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) sudah tidak
relevan lagi dengan perkembangan sosial kemasyarakatan masyarakat Indonesia.
[1] Kompas, Angka Kriminalitas Turun, 21 Januari
2011
[2] Kompasiana, “BOM” Penduduk, 07 April 2011
lihat juga Bencana Demografi tajuk rencana Harian Umum Sriwijaya Post, http://www.sripoku.com. Data sensus penduduk
terakhir (2010) Indonesia saat ini memiliki jumlah penduduk mencapai 250 Juta
Jiwa. Hal tersebut memicu laju pergolakan konflik horizontal berupa kejahatan,
pengangguran, dan kemiskinan. BKKBN berupaya menakan laju angka penduduk dengan
mengkampanyekan “2 Anak Lebih Baik”, namun hal tersebut tak berjalan mulus.
[3]Lihat
Denny Indrayana, Indonesia Optimis, PT Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia),
Jakarta, 2011 Hal 122
[4] Denny
Indrayana, Op.Cit, Hal 128
[5]
Lihat Makalah Rendi Hariwijaya 27/8/2011 “Penguatan Aspek Lembaga Kepolisian
dalam Menanggulangi Tindak Pidana Korupsi” atau dapat diakses melalui internet
melalui http://www.journalistsociety.wordpress.com
[6] Lihat
Pasal 304 KUHP yang berbunyi “barangsiapa
dengan sengaja menempatkan atau membiarkan seseorang dalam keadaan sengsara, padahal menurut hukum berlaku baginya atau
persetujuan dia wajib member kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada
orang itu, diancam dengan penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
[7]
Lihat C.S.T Kansil dan Christinna Kansil, Pokok-pokok
Hukum Pidana (Hukum Pidana untuk Tiap Orang), PT Pradnya Paramitha,
Jakarta, 2004. Hal 70
[8] Ibid, Hal 71
Anda tentu
sudah tahu bahwa salah satu cabang olahraga popular tanah air yang paling
digandrungi selain tentunya Sepakbola adalah Bulutangkis. Terkaan anda tentu
bukan tanpa alas an, selain secara historis Indonesia punya kedekatan emosional
yang sangat erat dengan cabang olahraga yang berasal dari India dan
dikembangkan di Inggris ini.
Sejarah
panjang dunia perbulutangkisan Indonesia tentu sudah menjadi hal lumrah
menghiasi pemberitaan media dunia. Melalui inilah nama Indonesia harum. Bendera
merah putih bisa dikibarkan dipuncak tertinggi dunia, lagu kebangsaan Indonesia
Raya mampu diperdendangkan di jagat dunia.
Saking
gandrungnya masyarakat Indonesia dengan cabang olahraga satu ini, disetiap
kampong-kampung dipelosok dan dipetak-petak rumah susun cukup mudah anda temui
lapangan sedang berukuran 14 meter dikali 4 meter. Hal ini menunjukan betapa masyarakat
Indonesia sudah sangat akrab dengan tepok bulu.
Tak ayal,
gelora nasionalis sering kali membuncah bila atlet-atlet kenamaan negeri tengah
bertanding mempertaruhkan nama bangsa. Semangat pantang menyerah, ditambah
dukungan yang membludak, sorak sorai Indonesia..Indonesia..dan
gegap gempita arena pertandingan yang bergemuruh membuat siapa saja tak
bergeming dan enggan untuk lepas dari kursi penonton tatkala melongok atlet
kebanggaan bertanding.
Lihat saja
pagelaran Djarum Indonesa Super Series 2011, even pertandingan yang memang
rutin digelar di Bumi Nusantara semenjak 1980-an silam ini selalu saja menjadi
magnet tersendiri bagi para badminton
lovers. Tak menyoal seberapa jauh jarak tempuh yang dilalui menuju arena
pertandingan, tak menyoal berapa rupiah yang harus mereka rogoh untuk memasuki
arena pertandingan, tak menyoal seberapa aneh dan nyeleneh dandanan mereka untuk datang menyaksikan sang idola. Satu
visi yang mereka bawa, nasionalisme.
Bulutangkis
adalah satu dari beberapa cabang olahraga di Indonesia ini yang mampu menjadi
daya tarik luar biasa dan gegap gempita nasionalisme. Demi mendukung tim
Indonesia berlaga, mereka rela menyisihkan banyak uang demi mendukung tim
kesayangan Berjaya. Semua itu karena Bulutangkis adalah prestasi bangsa. Demi
menunjukan rasa nasionalisme yang tinggi, apapun dilakukan asalkan asa tetap
terpelihara.
Bulutangkis
sering kali menjadi asa pelipur lara ketika negeri ini tengah terkoyak diterpa
musibah. Ketika Indonesia tengah merayakan HUT RI-nya yang ke-59, atlet
bulutangkis nomor satu Indonesia, Taufik hidayat sukses mempersembahkan kado
indah dengan peras keringat dan sabetan raket yang Ia ayunkan lewat Medali Emas
Olimpiade Athena 2004. Emas ini sekaligus menjadi gelar pelipur lara demi
mengobati kisah pilu yang dialami saudara-saudara di Bumi Serambi Mekkah yang
tengah dirundung bencana pada Desember 2004.
Ketika
Indonesia kembali merayakan hari jadinya yang ke-63, lagi-lagi Bulutangkis
memberikan kado manis lewat suksesor atletnya, Markis Kido dan Hendra Setiawan
berhasil merengkuh gelar prestisius di cabang olahraga Bulutangkis, Medali Emas
di Olimipade Rajanya Bulutangkis, Cina. Semenjak cabor Bulutangkis digelar
untuk kali pertama tahun 1992 di Barcelona, sudah 6 Medali Emas disabet
kesatria dan srikandi negeri di lima ajang Olimpiade berbeda.
Nah,
kondisi inilah yang acap kali disinyalir sebagai pembangkit gairah nasionalis
yang redup akibat dari corat marut negeri. Lewat sabetan raket atlet yang
ciamik, lewat daya juang dan semangat yang tinggi, seolah mampu memecah
penatnya kondis negeri. Sontak, gemuruh bergelora. Terpatri semangat dan rasa
nasionalis.
Posted by
Unknown
at
Senin, November 28, 2011
Logo ITB/Google.Net |
Ditengah-tengah semakin
kompetitifnya zaman dalam mengusung tema perubahan secara radikal yang struktur,
menjadi fenomena tersendiri dewasa ini. pergulatan teknis yang mengurai praktis
menjadi bumbu kehidupan manusia modern abad 21. Tak ayal, peran serta perguruan
tinggi sebagai gudang pencetak intelektual muda dalam mengusung tema perubahan
dan subjek perubahan kultur zaman itu sendiri dibebankan.
Ramai-ramai, sejumlah Negara menyemarakan
program pendidikan murah yang berkualitas namun dibarengi dengan sejumlah
fasilitas representatif. Amerika Serikat sebagai Negara adikuasa tentu menjadi
pilihan wahid masyarakat dunia dengan reputasi dan konlgomerasinya sebagai Negara
maju. Tengok saja, data 4ICU (International College University) menunjukan
indikasi positif Sembilan dari sepuluh universitas terkemuka berada di negeri
Paman Sam.
Tak ayal, kebanyakan masyarakat
dunia justru menjatuhkan pilihan untuk melanjutkan studinya ke Amerika Serikat
ketimbang Negara-negara lain. Reputasi perguruan tinggi di Amerika menjadi
gambaran betapa efektifnya peranan (role)
akademisi dalam bahu membahu membangun kemajuan bangsa dan Negara. Beberapa persyaratan
yang menjadi signifikansi progresif terhadap keunggulan suatu universitas dapat
dijadikan tolok ukur. Seperti halnya, daya saing (Compete) mahasiswa ditingkat regional maupun internasional hingga
terserapnya alumni kedunia kerja.
Statistik yang menunjukan garis
linear perguruan tinggi dengan kemajuan bangsa telah terpapar cukup jelas
diatas. Kendati data-data yang dihasilkan tak melulu 100% benar, namun paling
tidak konsekuensi logis dari sebuah perumusan data kuantitatif sebuah perguruan
tinggi dapat dijadikan wacana pengembangan diri. Lantas, kemana perguruan
tinggi di Indonesia ?
Bila merujuk pada data
kuantitatif yang dipubliskasikan 4ICU.org, peringkat universitas top nasional
dapat dikatakan memrihatinkan. Universitas Indonesia sebagai perguruan tinggi
nomor wahid di nusantara belum mampu menyaingkan dirinya dengan universitas
manca Negara. UI tak berdaya ketika diadu dengan ribuan universitas manca Negara
dan hanya bertengger di urutan 217 (QS Top Universities 2011). Bahkan, urutan
tersebut jauh dibelakang Universiti Malaya yang berada pada ururtan 169 dan
Chunglangkorn University yang duduk diposisi 171.
Tentu, melihat rentetan statistic
diatas menunjukan adanya ketidak sinkronan pengelolaan universitas yang menyatu
dengan tri dharma perguruan tinggi. Dismanajemenisasi kampus sering kali
menjadi bumbu tak sedap gudang intelektual melalui pemberitaan nasional. Premanisme
kampus kembali mencuat. Sejumlah kampus bahkan diberi label sarang anarkis. Orientasi
das sein mahasiswa berbanding
terbalik secara realistik.
Miris memang, namun apa mau
dikata. Pemuda yang menjadi roda penggerak kemajuan bangsa ternyata belum mampu
menunjukan taringnya. Mahasiswa dan pemuda sekarang terlalu sibuk dengan
pergulatan dialektika politik kampus yang tak menuai makna. Ada yang
menyangsikan keterlibatan mahasiswa dalam politik. Jusuf Kalla bahkan pernah
mengutarakan hal senada yang menyatakan bahwa orientasi berpikir mahasiswa itu
belajar bukan menghajar.
Tak hanya itu, persoalan klasik
semacam fasilitas kampus terus bergulir. Semakin tumbuhnya iklim intelektual
dengan ditandai semakin maraknya pendirian perguruan tinggi di Indonesia tak
menuai angin segar. Tak ayal, hal tersebut justru semakin menimbulkan satu hal
yang kadang-kadang problematik.
Pertanyaanya, gusarkah kita ?
tentu saja tidak. Indonesia punya harapan cerah menjadi satu bangsa yang
perkasa diera globalisasi. Revitalisasi kampus kiranya perlu dipertimbangkan
agar tercapai satu bentuk kultur akademik yang baik. Penataan ulang berupa
manajemen kampus yang lebih kapabel, kapasitas intelektual dan integritas moral
yang tinggi akan mampu mengangkat pamor perguruan tinggi di Indonesia secara
perlahan.
Pembenahan sistem penjaringan
calon mahasiswa pun tampaknya dapat diwacanakan menjadi satu bahasan menarik. Kendati,
hak setiap orang untuk mendapatkan pendidikan namun perlu dilihat pula kapasitas
setiap orang untuk mampu bersaing secara kompetitif dengan setiap orang
lainnya. Standardisasi pembelajaran dengan mencontoh beberapa Negara yang telah
secara visioner mengimplementasikan pola kerjanya kiranya patut untuk ditiru dan
diterapkan di tanah air.
Bukankah, mencontoh hal yang baik
tidak menjadi satu hal yang berdosa. Semua kembali kepada kita, tekadkah kita
untuk menjadi bangsa yang besar. Bulatkah niat kita untuk menjadi bangsa yang
tidak tertindas. Sebelum menyesal, menangislah dahulu dengan pahit getir
penderitaan demi mengangkat pamor bangsa dipentas dunia sebelum orang tertawa
melihat ringisan tangisan kita lantaran menjadi pengemis diantara orang kaya.
Bila anda sering menaiki bus mahasiswa melalui wilayah seputaran Cinde
menuju kampus Indralaya, anda pasti sudah tak asing lagi dengan
kehadiran sejumlah pengamen jalanan yang ‘menjual’ suaranya. Apalagi,
setiap harinya pengamen jalanan ini rutin dan bergantian posisi mengisi
bus-bus yang ditumpangi mahasiswa. Jadi, kehadiran mereka seolah menjadi
bumbu ditengah perjalanan yang akan menguras waktu dan tenaga.
Bila beruntung, anda akan menemukan atau bahkan mendapati pengamen dengan kualitas ‘bintang lima’ namun seharga ‘kaki lima’. Bila ketiban sial, terpaksa anda mendengarkan lantunan lagu yang diperdendangkan pengamen anak-anak yang (maaf) mempunyai keterbatasan dalam hal tarik suara. Bukan sebagai bentuk penistaan, namun hal tersebut adalah ekspresi sebagai penikmat musik. Kehadiran sejumlah pengamen jalanan sejati, yang memang benar-benar menggantungkan hidupnya sebagai pengamen adalah sebagai representasi dari kedigdayaan Indonesia dalam memiliki penyanyi-penyanyi bertalenta luar biasa.
Bahkan, sempat terlintas dalam benak pikiran. Bila saja ada salah seorang pengamat music atau pemandu bakat rajin mengulik bakat-bakat potensial dari musisi jalanan, saat ini pasti anda sudah menyaksikan kesuksesan musisi jalanan didepan layar kaca televisi anda. Salah satu contohnya adalah Aris. Penyanyi solo yang merupakan binaan acara pencari bakat, Indonesian Idol tersebut adalah bukti nyata bahwa musisi jalanan mampu bersaing di jagat industri musik nasional. Bakat dan kemampuan olah vocal yang mumpuni plus karakter khas mereka yakni power suara yang stabil, menjadi modal awal mereka menapaki terjalnya sebagai penyanyi professional.
Ditempa dalam keadaan yang serba sulit, membuat mereka tahan banting akan kerasnya persaingan industri musik Indonesia. Tak ayal, lantaran kerja keras yang tak pantang menyerah membuat mereka mampu bertahan ditengah terpaan badai yang tengah menimpa di kala popularitas mereka tengah menaik.
Musisi jalanan mampu menjadi dahaga di tengah kekeringan industri musik nasional yang rigid. Kehadiran mereka yang kerap memperdendangkan lagu yang berlatar kritik social mampu menyedot perhatian sejumlah peminat musik. Kekakuan industri musik dalam negeri mampu ditawar oleh desiran nada yang dilantunkan oleh musisi jalanan.
Bagi pecinta musik, kehadiran musisi jalanan sontak membuat kehangatan dan kenyamanan dalam menikmati musik menjadi lebih terasa. Sekali lagi, kekakuan permusikan dalam negeri dapat diantisipasi lewat kehadiran musisi jalanan yang kerap distreotipkan sebagai suara rakyat.
Bila beruntung, anda akan menemukan atau bahkan mendapati pengamen dengan kualitas ‘bintang lima’ namun seharga ‘kaki lima’. Bila ketiban sial, terpaksa anda mendengarkan lantunan lagu yang diperdendangkan pengamen anak-anak yang (maaf) mempunyai keterbatasan dalam hal tarik suara. Bukan sebagai bentuk penistaan, namun hal tersebut adalah ekspresi sebagai penikmat musik. Kehadiran sejumlah pengamen jalanan sejati, yang memang benar-benar menggantungkan hidupnya sebagai pengamen adalah sebagai representasi dari kedigdayaan Indonesia dalam memiliki penyanyi-penyanyi bertalenta luar biasa.
Bahkan, sempat terlintas dalam benak pikiran. Bila saja ada salah seorang pengamat music atau pemandu bakat rajin mengulik bakat-bakat potensial dari musisi jalanan, saat ini pasti anda sudah menyaksikan kesuksesan musisi jalanan didepan layar kaca televisi anda. Salah satu contohnya adalah Aris. Penyanyi solo yang merupakan binaan acara pencari bakat, Indonesian Idol tersebut adalah bukti nyata bahwa musisi jalanan mampu bersaing di jagat industri musik nasional. Bakat dan kemampuan olah vocal yang mumpuni plus karakter khas mereka yakni power suara yang stabil, menjadi modal awal mereka menapaki terjalnya sebagai penyanyi professional.
Ditempa dalam keadaan yang serba sulit, membuat mereka tahan banting akan kerasnya persaingan industri musik Indonesia. Tak ayal, lantaran kerja keras yang tak pantang menyerah membuat mereka mampu bertahan ditengah terpaan badai yang tengah menimpa di kala popularitas mereka tengah menaik.
Musisi jalanan mampu menjadi dahaga di tengah kekeringan industri musik nasional yang rigid. Kehadiran mereka yang kerap memperdendangkan lagu yang berlatar kritik social mampu menyedot perhatian sejumlah peminat musik. Kekakuan industri musik dalam negeri mampu ditawar oleh desiran nada yang dilantunkan oleh musisi jalanan.
Bagi pecinta musik, kehadiran musisi jalanan sontak membuat kehangatan dan kenyamanan dalam menikmati musik menjadi lebih terasa. Sekali lagi, kekakuan permusikan dalam negeri dapat diantisipasi lewat kehadiran musisi jalanan yang kerap distreotipkan sebagai suara rakyat.
Posted by
Unknown
at
Minggu, November 27, 2011
Seberapa sering anda menyaksikan
iklan-iklan layanan masyarakat yang tidak layak untuk dikonsumsi publik.
Seberapa seringkah anda melihat betapa vulgarnya artis-artis yang melakoni
peran sebagai model iklan tersebut. seberapa banyak sih rasio iklan yang ditampilkan pada jam-jam utama ?
Meruntut semakin maraknya dan semakin leluasanya para pelaku
bisnis dalam memasarkan produknya kini merupakan sebuah tren positif bagi
perekonomian dalam negeri. selain produk-produk tersebut membantu masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan publik, adanya promosi dan iklan tersebut merupakan
resonansi dari permintaan masyarakat.
Namun, aktifitas semacam ini kurang
mendapat perhatian yang responsif dari komisi penyiaran Indonesia selaku badan
khusus yang membidangi komersialisasi penyiaran publik. sudah berapa banyak
tayangan-tayangan kurang layak muncul dimedia yang menjadi mediator informasi
publik. mulai dari acara-acara talk show yang mempertontonkan host dan guest
star lengkap dengan ‘milik pribadi’nya secara cuma-cuma hingga produk-produk
tabu bagi masyarakat Indonesia seperti iklan kondom dsb.
Hal ini jelas membuat risih.
kehadiran iklan-iklan yang berbau hal-hal yang tabu membuat perkembangan psikis
anak menjadi terganggu. secara tidak sengaja mereka akan memeragakan adegan
serupa yang ditampilkan di layar kaca disekolah dan dilingkungan bermain
mereka.
Bukan tak mungkin, lantaran
keranjingan bermuara dari ketidak sengajaan menonton hal-hal tabu yang acap
kali dipertontonkan di televisi membuat mereka penasaran dan tak tahan untuk
mencoba. Kejadian mencengangkan yang dilakukan oleh sekelompok anak sebaya
berusia 10-12 tahun di Palembang beberapa bulan terakhir bukan tidak mungkin
akan terulang bahkan posibilitas kejadian dengan lebih. lantaran, media
komunikasi dan informasi kini menjadi salah satu indikator perkembangan anak.
televisi boleh jadi menjadi dalih dan kambing hitam atas kebobrokan mental dan
moralitas anak bangsa. Dan jangan berkelit bilamana pengkambing hitaman atas
dalih terjadinya dekadensi moral anak bangsa berlatar belakang dari junta-junta
televisionis dibalik layar kaca. Merekalah yang memberikan izin atas penyiaran
informasi tersebut, Mereka pulalah yang memberikan legal/tidak legalnya serta
pencatutan kata bermanfaat atau tidak bermanfaatnya sebuah iklan layanan
masyarakat.
KPI sebagai badan pengawas lalu
lintas penyiaran di Indonesia seharusnya lebih akomodatif dan jemput bola dalam
mengatasi luputnya informasi media yang dianggap tidak patut. KPI harus punya
standar baku (bukan standar ganda) dalam mengantisipasi tayangan-tayangan
vulgar yang tersiar di media massa. Dengan begitu, media informasi komunikasi
kita akan bersih dari informasi yang tidak patut untuk disiarkan. Terutama yang
berkaitan dengan SARA dan etika moral yang berlaku ditengah masyarakat
Indonesa.
Posted by
Unknown
at
Minggu, November 27, 2011
Untuk
lebih mengakrabkan telinga masyarakat akan sumber energi pembangkit listrik
alternatif yang aman dan tidak berpolusi. Perlu sebuah langkah progresif dalam
menyadarkan masyarakat terutama kalangan akademisi betapa Nuklir sebagai energi
alternatif futuristik yang aman dan tidak polutif baik untuk Indonesia.
Logo Nuklir |
Perihal apa? Untungnya saya pernah
mewawancarai Dr. Ferhat Aziz selaku ketua BATAN dalam sebuah even publik.
Menyoal tentang efektifitas dan efisiensi sumber energy baru ia pun akhirnya angkat
bicara. Dirinya mengaku bahwa saat ini pengembangan energi alternatif selain
panas bumi atau yang lazim disebut energi geothermal sudah sangat urgensi bagi
masyarakat Indonesia. Saat ini Indonesia memang dianugerahi sumber daya alam
(SDA) yang begitu melimpah. Termasuk, energi mineral. Menurut data WGC (World
Geothermal Conference) yang diselenggarakan di Bali pada 2010 silam, Indonesia
saat ini tengah menduduki posisi ketiga sebagai negara dengan cadangan energi
geothermal terbesar dengan potensi 28.000 Megawatt. Namun, kendati Indonesia
dikauruniai SDA yang begitu melimpah, tidak serta merta hal tersebut berimplikasi
positif terhadap semakin efisiennya negara ini dalam mengeksplorasi sumber
energi bagi kesejahteraan amsyarakat. Asumsi dasar menyebutkan bahwa kebutuhan
masyarakat akan energi yang dikoneversikan ke sumber energi listrik adalah
sebesar 100.000 Megawatt. Namun, yang hanya bisa dihasilkan oleh cadangan
energi panas bumi (Geothermal) di Indoensia hanya sebesar 10.000 Megawatt. Walhasil,
tinggal 90.000 Megawatt lagi yang mesti dieksplorasi.
Nah, salah satu caranya adalah
mengeksplorasi sumber galian energi baru yang bisa dijadikan pusat pengembangan
energi aletrnatif. Sumber energi tersebut adalah Nuklir. bila mendengar kata
Nuklir, yang terlintas dibenak kita adalah bahaya, kematian dan lain
sebagainya. Bukan tanpa alasan, pemberitaan media massa yang memberangus otak
masyarakat dengan ketakutan, kekalutuan nan luar biasa serta akibat yang
ditimbulkan berupa bahaya yang luar biasa menjadi salah satu contohnya. Selain itu,
pengembangan teknologi nuklir yang dilakukan oleh Chernobyl pada masa perang
dingin yang memakan korban hampir 60 orang semakin menambah paranoid masyarakat
bahwa nuklir dengan stereotipe "BERBAHAYA''. Betapa tidak, bila
pengembangan teknologi nuklir yang dimanifestasikan dengan pembangunan
pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dengan komponen dan sistem pertahanan
berlapis. dijamin, gedung reaktor nuklir yang dijadikan sebagai pusat
eksplorasi tenaga nuklir bakal berjalan aman. Bahkan demi menjamin keamanan
dalam pengeksplorasian uranium yang menjadi bahan dasar sumber energy nuklir
sempat diskeneriokan sebuah pesawat yang dikemudikan dengan velositas yang
tinggi tak mampu menghancurkan gedung reaktor nuklir.
Sistem pertahanan berlapis ini
merupakan protipe dari progres pengembangan teknologi nuklir yang modern dan
futuristik. BATAN sebagai sebuah lembaga yang memiliki otoritas penuh dalam hal
optimalisasi sumber energi nuklir sempat mengkomparasikan bahwa paranoid
masyarakat akan radiasi yang dihasilkan dari ledakan reaktor nuklir di Jepang beberap
bulan lalu tidak sebesar ketakutan yang digembar-gemborkan masyarakat
Indonesia. padahal jelas sekali, reaktor nuklir di Jepang yang berjarak ribuan
mil dari Indonesia belum berdampak luas secara psikologis bagi masyarakat
Jepang. apalagi, komponen reaktor nuklir yang dikembangkan di Fukushima, Jepang
adalah produk teknologi lama yang hanya diperbaharui keselamatan dan
keamananya. Berbeda dengan Indonesia, Indonesia mengembangkan dan mencontohkan
prootipe reaktor nuklir yang canggih, modern, dan futuristik. Jadi jelaslah,
Jepang yang sempat dilanda bencana dahsyat yang sempat diwartakan media massa
dunia terkait ledakan beberapa reactor nuklirnya ternyata tidak separah yang
dibayangkan.
Dengan sistem pertahanan berlapis,
disusun secara sistematis mula dari dinding gedung reaktor berbahan dasar beton
yang telah diperkuat logam setebal 1 Meter, kemudian rangkaian batang baja
berdiameter 6 Cm sebagai protektif bejana pengungkung cungkup silinder baja
setebal 4 Cm. Dibagan dalam, terdapat dindng pelindung dengan sistem penguat
logam yang terbuat dari batang baja berdiameter 6 Cm dan diperkuat beton
setebal 1,5 Meter. Kemudian, perisai bilogis beton berlapis timbal yang
berbahan dasar beton setebal 1,2 Meter dan dilapisi beton baja dua sisi setebal
2,5 Cm. Selain itu, bejana reaktor dibuat dari baja berkekuatan tinggi setebal
10 sampai 20 cm ditambah elemen bakar, dinding pelapis dan dinding atas. Dengan
sistem pertahanan berlapis yang dikembangkan oleh BATAN sebagai energi
alternatif menghadapai tantangan global. Menurut ATOMOS (Media Informasi IPTEK
Nuklir) komponen-komponen reaktor nuklir harus memenuhi standar kualitas yang
tinggi dan dapat diandalkan, sehingga kemungkinan kegagalan komponen tersebut
sangat kecil, diantaranya : pompa-pompa, katup-katup, pemipaan, tangki,
instrumentasi dan kontrol.
Maka dari itu, BATAN kiranya perlu memberikan
edukasi dan sosialisasi bahwa nuklir itu tidak seberbahaya darI yang
diperkirakan. Apalagi, melihat kasus Jepang yang kebocoran gedung reaktor
nuklir yang tidak memakan satupun korban akibat radiasi yang dipancarkan dari
kebocoran reaktor nuklir. Selain itu pula, efek dari radiasi nuklir ini pun
tidak seberbahaya akibat yang ditImbulkan dari merokok. Secara stokastik, efek
yang ditimbulkan dari radiasi nuklir hanyalah kematian dari sel syaraf sensorik
seperti mengingat. Namun, memang secara deterministik efek yang dapat ditimbulkan
dari radiasi nuklir ini bisa berupa kanker dsb. Namun, tetap saja efek radiasi
nuklir ini tidak seberbahaya dari racun yang diendap dalam sebatang rokok.
Selain itu, optimasi pemanfaatan
sumber energi nuklir pun tidak hanya sebatas pembangkit listrik. Namun, secara
parsial tujuan dari pembangunan IPTEK nuklir ini adalah memberikan dukungan
nyata untuk pembangunan nasional. Pembangunan litbangyasa IPTEK nuklir
diarahkan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapkan masyarakat dan
pembangunan.
Konkritisasi dari pembangunan IPTEK
nuklir ini pun tak hanya terbatas pada sektor energi kelistrikan saja,
melainkan bisa bermanfaat pula pada pengembangan bdang pertanian dan
peternakan, bidang energi tentunya, bidang teknologi informasi dan komunikasi
beserta bidang kesehatan dan obat-obatan. contoh beberapa produk pertanian dan
peternakan hasil penelitian BATAN menggunakan teknik nuklir seperti ; padi,
kedelai, kapas, suplemen pakan ternak dan pengawet bahan makanan. bibit unggul,
pupuk hayati dan tanaman lorong teknologi serangga mandul, pengawetan bahan
pangan, teknologi suplemen pakan ternak ruminansia, teknologi reproduks ternak,
koksivet supra'95 adalah hasil riset BATAN dengan metoda teknik kenuklran
sebagai optimasi sumber energi nuklir yang bertujuan untuk damai. di bidang
kesehatan, renografm pesawat sinar-X, thyroid uptake, brachetherapy, perlatan
proteksi radiasi, KY radiofarmatika dan sediaan senyawa bertanda, jaringan
bilogi steril, protokol pemeriksaan dalam kedokteran nuklir. Itulah sederet
hasil riset dan pengembangan BATAN terhadap nuklir.
Dalam perspektif lingkungan hidup
pun, eksplorasi nuklirpun tidak sekotor gas buang yang dihasilkan oleh Batu
Bara ataupun geothermal lainnya sebagai pusat eksplorasi sumber energi. bahkan,
Dr. Ferhat Aziz pun mengakui bahkan gas buang yang dihasilkan dari sisa
pembakaran uranium sebagai bahan bakar sumber energi nuklir pun hanya sebesar 0
%. artinya, sama sekali tdak ada gas buang yang dihasilkan oleh nuklir ini.
bahkan, dinegara-negara maju seperti Spanyol, AS, Cina pusat eksplorasi nuklir
pun seringkali dijadikan tempat wisata. di Spanyol, reaktor nuklir berdekatan
dengan wisata pantai di Spanyol yang sangat terkenal. ini membuktkan betapa
otimasi tenaga nuklr ini memang cukup aman.
Lantas, siapkah Indonesia
mengeksplorasi nuklir ini dengan tepat guna ?
Sebenarnya, pembangunan reaktor
nuklir ini sudah cukup lama dikembangkan. Hal ini terbukti dengan disusunya
peraturan pemerintah No. 65 Tahun 1958 yang membentuk dewan tenaga atom dan
lembaga tenaga atom pada tahun 1950-an. Secara kualitas, SDM Indonesia sudah
cukup mampu terbukti dengan didirikannya beberapa reaktor nuklir di Pulau Jawa
yang merupakan karya anak bangsa. Yang menjadi persoalan adalah, kesigapan
pemimpin negara untuk responsif dan berpikir secara visioner betapa optimasi
dan alternasi sumber energi begitu urgensi bagi masyarakat Indonesia. Selama ini,
sumber energi yang digunakan Indonesia masih terpaku pada pembangkit energi
tenaga air (darat), angin, geothermal. dan sebagai alternasi, nuklir dan surya
adalah kedua sumber energi yang paling potensial untuk dikembangkan. Tinggal bagaimana,
pengembangan IPTEK yang sesuai perkembangan zaman kendati riset dan pengembangannya
dilakukan sekarang (2011) namun mekanisme, komponen dan instalasinya paling
tidak harus relevan dengan puluhan tahun kemudian. Hal ini setidaknya akan
membuat diversifikasi dan koversi sumber energi, efisiensi harga listrik,
ketahanan energi nasional, lingkungan hidup dan penerapan teknologi. Jadi,
jangan lagi berpikir paranoid bahwa nuklir ini dijadikan sebagai alat/senjata
pemusnah massal seperti yang dikembangkan oleh Iran dan Korea Utara. Nuklir yang
dikembangkan oleh Indonesia, Ukraina, Cina, Rusia, dan yang lainnya adalah
pemanfaat nuklir dengan misi damai.
Demi pemerataan pembangunan pun setelah
Jawa, BATAN menargetkan pengembangan IPTEK nuklir ini akan coba dikembangkan di
Bangka agar suplai energinya bisa disebarkan ke Sumatera dan Jawa. Selain itu,
diharapkan kedepan dengan semakin berkembangnya IPTEK pemanfaat nuklir tidak
hanya sebatas yang disebutkan diatas, pemikiran futuristik dengan konsep dan
mekanisme yang efisien akan mampu memoderasi iptek nuklr menjad bahan bakar
kendaraan bermotor yang 0 % gas buang. Tak hanya itu, pengembangan secara
berkala paling tidak dirasakan hampir ke seluruh penjuru negeri. Dengan
demikian, kekisruhan akan sentralisasi pembangunan perlahan dikentaskan dengan
pengembangan IPTEK dan pembangunan nasional secara berkala ke penjuru negeri.
Semoga.
Posted by
Unknown
at
Minggu, November 27, 2011
Media Center SEA Games berdiri megah |
Banyak pihak bersyukur, Indonesia
terpilih menjadi host pesta olahraga
terbesar se-Asia Tenggara ke-26 pada 2011. Sementara dilain pihak terus
bergolak dengan rentetan aksi dan demonstrasi yang menentang pagelaran akbar
tersebut dihelat di Palembang. Namun, dengan beragam komplikasi yang mendera
sukan ke-26 tahun 2011 shahih berlangsung tatkala opening ceremony pada 11-11-11 yang kebanyakan orang dijadikan
sebagai angka sakral resmi dibuka oleh orang nomor satu seantero negeri, Susilo
Bambang Yudhoyono.
Angka 11-11-11 sengaja dipilih
pihak panitia (Inasoc,pen) sebagai
pintu gerbang Asean melihat Palembang sebagai salah satu tuan rumah pagelaran
akbar olahraga terbesar di Asia Tenggara. Namun, tak ada penjelasan ilmiah yang
diurai dan dipaparkan menjadi satu fakta konkrit kenapa 11-11-11 ini menjadi
begitu sakral bagi sebagian orang. Tak jarang, banyak orang melakukan satu
peristiwa irasional dalam menyambut penanggalan Georgia tersebut. Tetahunan yang
kerap memunculkan konfigurasi angka senada pada hari, bulan dan tahunnya ini
menjadi vonis tersendiri betapa kemunculan angka senada akan berimplikasi pada
satu hal yang positif.
Tak jauh berbeda dengan
kebanyakan orang. Acara sekaliber SEA Games pun pemilihan angka senada dalam penanggalan
Georgia seolah menjadi signifikansi yang berimplikasi positif terhadap
keberlangsungan acara. Interrelasinya yang irasional kerap menjadi bumbu
kesuksesan berlangsungnya sebuah acara yang dihelat pada konfigurasi
penanggalan. Sebagai penguak asumsi diatas, perhelatan Olimpiade Beijing 2008
yang dihelat pada 08-08-08 menjadi enerji positif yang mampu mengangkat moral
atlet Cina dalam mengusung tema, Juara Umum!. Walhasil, entah hanya sebuah
kebetulan belaka ataukah memang konfigurasi penanggalan menjadi magnet
tersendiri mampu memberikan semacam cakra
bagi atlet Cina hingga mimpi melampaui hegemoni Amerika Serikat dalam pesta
olahraga sejagat terwujud. Fenomenal.
Itu tadi Cina. Jauh ribuan mil
melewati laut Cina Selatan terdapatlah sebuah Negara yang katanya dianugerahi
kekayaan alam melimpah ruah lantaran dilewat garis ekuator yang membuat
topografi Negara ini menjadi sangat indah nan perawan. Statistik demografi yang
potensial (berdasarkan sensus penduduk terakhir bencana demografi Indonesia
pada rentang usia muda mengalami peningkatan signifikan), hingga kalkulasi
peningkatan ekonomi tercepat didunia (data Bank Dunia yang memaparkan 7 negara
yang bakal mendorong perekonomian dunia sebelum 2025 antara lain, Cina, Indonesia, India, Brazil, Rusia, Korea
Selatan) membuat Negara ini secara statistik sangat kaya dan potensial. Namun,
secara realistik pola gradasi tak akan selalu berbanding lurus.
penunjukan Indonesia selaku tuan
rumah dipahami akan banyak menuai rentetan problematic lantaran pra-perheletan
SEA Games ini ditabuhkan sudah banyak bumbu-bumbu tak sedap yang menyelimuti. Mulai
dari kasus Wisma Atlet yang mendorong anggota DPR Fraksi P-Demokrat, Nazaruddin
mendekam dibalik jeruji besi hingga molornya pembangunan arena SEA Games yang
morat-marit. Tak ayal, banyak wartawan dari penjuru dunia menyatakan bahwa SEA
Games ke-26 terkesan semenjana.
Kita tentu tak bicara soal statistic
ataupun asumtif. Kroscek lapangan atas statement pedas wartawan Filipina yang
mengutarakan keluhannya dalam perhelatan SEA Games ini perlu dilakukan. Sebulan
sebelum pagelaran, arena SEA Games dibeberapa titik memang memrihatinkan. Tengok
saja, beberapa titik hingga hari-H pelaksanaan SEA Games terlihat gundukan
tanah merah dan sampah abadi areal rawa-rawa yang menggunung. Inasoc tentu bergerak
cepat, langkah pragmatis dilakukan.memutar akal ditengah waktu yang kian mepet
dilanjutkan. Tumpukan tanah, sampah yang menggunung, rumah-rumah kumuh
dipinggiran bilangan K.H Bastari ditutup dengan triplek berbalutkan spanduk
pernak-pernik SEA Games. Sepanjang jalan bilangan K.H. Bastari ditutupi
spanduk-spanduk SEA Games demi menutup-nutupi kota sang penyelenggara SEA
Games. Tak hanya itu, menyoal kemiskinan yang bergulir di wilayah yang dulunya
dikenal sebagai daerah tempat jin buang
anak ini tampak jelas ditampilkan dalam layar lebar SEA Games. Segregasi social
masyarakat Palembang menjadi tema utama SEA Games 2011 ini. tak ayal, slogan
SEA Games United and Rising (Bersatu
dan Bangkit) menjadi suksesor tersendiri atas gembar-gembor tri sukses Kota
Palembang pasca SEA Games.
Masyarakat disekitaran Jakabaring
yang terkenal dengan wilayah kumuh diharapkan mampu menumbuh kembangkan industri
kreatif. Namun, bak diujung tanduk nasib sebagian warga Jakabring diseputaran
kompleks olahraga megah di Palembang membisu. Seolah iri dengan suka cita
tetangga sebelah yang bersorak sorai dengan dunianya, sementara dirumah sendiri
warga kawasan kumuh jakabaring harus tetap bergulat dengan kerasnya zaman
sembari memikirkan “besok makan apa”.
Ironi, karunia Tuhan kepada
Indonesia ternyata tak mampu membuat warga sejahtera kehidupannya. Mereka bukan
tak mampu membela atlet dibawah panji bumi pertiwi. Namun, mereka harus survive memikirkan urusan perut yang tak
kenal kompromi. Lantas, dengan berakhirnya pagelaran SEA Games yang sebagian
besar media menyebutnya spektakuler mampu menggiring mereka keluar dari
kemiskinan. Ingat, tri sukses SEA Games, Sukses Penyelenggaraan, Sukses Prestasi,
Sukses Ekonomi. Berani jaminkah
pemerintah Sumsel mengangkat mereka keluar dari kawasan kumuh Jakabaring dengan
kenyang dan suka cita yang mereka bawa.
Kita lihat nanti. Suksesi SEA
Games yang berdampak langsung bagi mereka apakah butuh waktu 1 Bulan, 1 Tahun,
5 Tahun, 10 Tahun atau tidak. Kelak nantinya, tri sukses SEA Games ini menjadi
jargon dari prasasti semata.
Posted by
Unknown
at
Minggu, November 27, 2011
Menghadirkan dua narasumber
inspiratif, Iwan Setyawan dan Wahyu Aditya Kick
Andy versi citizenship ini tetap
atraktif sekalipun riuh suara yang menggaduhi auditroum Unsri Indralaya
menggema. disela-sela tugasnya menjadi “tukang tanya” dalam acara tersebut
tampak kekhasan Andy F Noya yang kelahiran Papua ini mampu mengocok perut
audiens dengan banyolan yang ia kreasikan sendiri. berbekal pengalaman
sehari-hari, ia mampu membuat sebuah peristiwa hidup yang biasa-biasa saja
menjadi satu bentuk kelucuan yang mampu mengundang tawa. Terang saja, Andy F
Noya kenyang pengalaman. Hidup susah semasa kecil mampu menginspirasi dirinya
sendiri hingga berkiprah di ranah jurnalistik sebagai pemimpin redaksi Metro TV
dan Media Indonesia.
Bercerita tentang pengalaman
hidupnya, Andy F Noya yang dilahirkan dari kelaurga sederhana tidak main-main
dengan pencapaian yang ia rengkuh hingga saat ini. tekadnya untuk melanjutkan
sekolah di Jakarta tak berbuah manis seperti yang diharapkan. Mengawali jenjang
pendidikan di sekolah teknik (ST) setingkat SMP di Jakarta, pendidikan ia
lanjutkan ditingkat STM. Namun, seperti diungkapkanya kepada audiens Andy
sempat mengalami dilemma ketika menghadapi realita hidup yang berada
dipersimpangan jalan. Antara realitas dan semuitas. Ikut alur atau menelusuri
lentera jiwa. Hobinya yang cenderung ke dunia sastra semasa mengenyam
pendidikan di STM membuat ia benar-benar menghadapi dilemma yang sangat
kentara. Lagi-lagi untung, pasca menyelesaikan STM ia mendapatkan kans untuk
melanjutkan di perguruan tinggi di Sekolah Publisistik. Bak habis gelap
terbitlah terang mahakarya Raden Ajeng Kartini, Andy F Noya menemukan jalannya.
Persolan dana yang sofestikatif membuat ia menyelesaikan studinya lebih awal
alias drop out.
Bermuara dari sekelumit polemic
yang mewarnai hidupnya, ditabuhlah gendering acara off air Kick Andy di Unsri ini dengan mengusung tema “Lentera Jiwa”.
Sebuah tema yang mengundang pesona inspiratif bagi pendengarnya agar dapat
memilih jalur hidup yang hakiki ketimbang memilih alur hidup yang senada
seperti kebanyakan orang.
Sedikit bercerita, pemilihan tema
lentera jiwa ini dimaksudkan bagi kawula muda agar dapat memilih jalan hidupnya
dengan penghitungan matang. Tidak hanya sekedar “ikut-ikutan” atau karena teman
dan lain sebagainya. Melainkan, pilihan hidup yang harus ditentukan harus
sesuai dengan sanubari yang tertanam dalam kalbu.
Tak ayal, hal ini menggugah Iwan
Setyawan. Melakoni pekerjaan lama di negeri Paman Sam membuatnya geram dan
ingin kembali ke negeri tempat ia dimana dilahirkan. Pria alumnus Institut
Teknologi Bandung bahkan melontarkan satu perangai yang membuat ia sangat
apresiatif dengan pemuda yang kreatif dalam membangun bangsa. Terlahir dari
sebuah keluarga kecil yang sederhana, Iwan Setyawan bertekad untuk menjadi
lebih baik dari sang Bapak yang kala itu masih banting tulang dengan mobil
angkot setia yang menemani saban hari mencari nafkah.
Iwan
Setyawan lantas menemukan lentera jiwanya dan berkarir dengan matang di negeri
John F Kennedy tersebut. namun, hal tersebut tetap tak membuatnya bangga dan
puas hati. Ia tetap mawas diri dan menyatakan keinginanya yang kuat untuk
kembali ke tanah air. Rasa rindu yang mendalam dan kecintaanya terhadap
Indonesia ia putuskan, setelah Sembilan tahun mengais rezeki ditanah orang, ia
kembali ke Indonesia.
Di
Indonesia ia tak henti-hentinya memberikan motivasi kepada kawula muda yang
akan melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa untuk terus kreatif dan memilih
pilihan hidup sesuai dengan lentera jiwa yang tertanam dalam sanubari. Tak
pelak, kegiatan off air Kick Andy di
Unsri ini pun adalah rangkaian panjang komitmen dirinya untuk terus berbagi
pengalaman kepada generasi muda.
Tak
hanya itu, tokoh muda yang penuh inspirasi turut pula dihadirkan dalam
pagelaran akbar yang dihelat atas kerja sama pihak Metro TV dan BEM Unsri ini.
penampilan nyentrik lengkap dengan kostum kospley ala Star Wars sempat mencuri
perhatian dengan mengundang tawa 4000-an audiens yang memadati auditorium Unsri
Indralaya. Tak ayal, rasa penasaran siapa sosok dibalik kostum aneh yang datang
menyapa ribuan audiens tersebut melintas. Dialah, Wahyu Aditya animator muda
yang lama malang melintang dalam dunia desain grafis nasional. Bergelut dengan
dunia animasi mampu membuatnya keliling dunia. Hanya bermodalkan sebuah pensil
dan selembar kertas mampu ia sulap menjadi karya spektakuler yang mengundang
decak kagum bagi setiap insan yang melihatnya.
Sempat
pula ia presentasikan beberapa karyanya yang telah mendapat respons positif
dari berbagai instansi ini. berkat bakat dan kemampuannya, sejumlah instansi
pemerintahan bahkan menggunakan jasanya dalam mendesain logo futuristik nan
elegan bagi penggunanya. Satu lagi, sosok muda kreatif yang dapat dijadikan
panutan. Semua itu dilakukan lantaran dirinya mengikuti lentera jiwanya yang
memang kental dengan dunia animasi. Bergelut didunia yang dijadikan sebagai
sumber mata pencaharian utama memang tak banyak dijamah oleh kebanyakan orang.
Tekad dirinya untuk ‘berbeda’ dari kebanyakan orang membawanya hingga
kesuksesan yang ia dapat sekarang ini. bahkan, bermula dari kesenangan semata
kemudian digeluti secara serius, Wadit begitu ia kerap disapa mendirikan
sekolah animasi bagi peminat yang ingin mendalami dunia animasi.
Kendati
meski terhalang oleh instalator listrik auditorium yang sudah termakan zaman,
tetap tak mengurangi antusias mahasiswa untuk tetap serius duduk dibangku
masing-masing mendengarkan pengalaman inspiratif yang kedua narasumber
sampaikan. selepas paparan yang disampaikan oleh kedua narasumber berikan, Andy
F Noya yang memang ditunggu-tunggu oleh mahasiswa sejak awal langsung
dikerubuti sembari curi-curi foto berdua dengan sang bintang. Penta Boyz grup
akapela menutup manis pagelaran inspiratif dengan dendang lagu diiringi dengan
instrument suara mulut alias akapela. Kejarlah lentera jiwamu.
Langganan:
Postingan (Atom)