Nasionalisme dan Bulutangkis

on Senin, 28 November 2011
 Anda tentu sudah tahu bahwa salah satu cabang olahraga popular tanah air yang paling digandrungi selain tentunya Sepakbola adalah Bulutangkis. Terkaan anda tentu bukan tanpa alas an, selain secara historis Indonesia punya kedekatan emosional yang sangat erat dengan cabang olahraga yang berasal dari India dan dikembangkan di Inggris ini.
Sejarah panjang dunia perbulutangkisan Indonesia tentu sudah menjadi hal lumrah menghiasi pemberitaan media dunia. Melalui inilah nama Indonesia harum. Bendera merah putih bisa dikibarkan dipuncak tertinggi dunia, lagu kebangsaan Indonesia Raya mampu diperdendangkan di jagat dunia.
Saking gandrungnya masyarakat Indonesia dengan cabang olahraga satu ini, disetiap kampong-kampung dipelosok dan dipetak-petak rumah susun cukup mudah anda temui lapangan sedang berukuran 14 meter dikali 4 meter.  Hal ini menunjukan betapa masyarakat Indonesia sudah sangat akrab dengan tepok bulu.
Tak ayal, gelora nasionalis sering kali membuncah bila atlet-atlet kenamaan negeri tengah bertanding mempertaruhkan nama bangsa. Semangat pantang menyerah, ditambah dukungan yang membludak, sorak sorai Indonesia..Indonesia..dan gegap gempita arena pertandingan yang bergemuruh membuat siapa saja tak bergeming dan enggan untuk lepas dari kursi penonton tatkala melongok atlet kebanggaan bertanding.
Lihat saja pagelaran Djarum Indonesa Super Series 2011, even pertandingan yang memang rutin digelar di Bumi Nusantara semenjak 1980-an silam ini selalu saja menjadi magnet tersendiri bagi para badminton lovers. Tak menyoal seberapa jauh jarak tempuh yang dilalui menuju arena pertandingan, tak menyoal berapa rupiah yang harus mereka rogoh untuk memasuki arena pertandingan, tak menyoal seberapa aneh dan nyeleneh dandanan mereka untuk datang menyaksikan sang idola. Satu visi yang mereka bawa, nasionalisme.
Bulutangkis adalah satu dari beberapa cabang olahraga di Indonesia ini yang mampu menjadi daya tarik luar biasa dan gegap gempita nasionalisme. Demi mendukung tim Indonesia berlaga, mereka rela menyisihkan banyak uang demi mendukung tim kesayangan Berjaya. Semua itu karena Bulutangkis adalah prestasi bangsa. Demi menunjukan rasa nasionalisme yang tinggi, apapun dilakukan asalkan asa tetap terpelihara.
                Bulutangkis sering kali menjadi asa pelipur lara ketika negeri ini tengah terkoyak diterpa musibah. Ketika Indonesia tengah merayakan HUT RI-nya yang ke-59, atlet bulutangkis nomor satu Indonesia, Taufik hidayat sukses mempersembahkan kado indah dengan peras keringat dan sabetan raket yang Ia ayunkan lewat Medali Emas Olimpiade Athena 2004. Emas ini sekaligus menjadi gelar pelipur lara demi mengobati kisah pilu yang dialami saudara-saudara di Bumi Serambi Mekkah yang tengah dirundung bencana pada Desember 2004.
                Ketika Indonesia kembali merayakan hari jadinya yang ke-63, lagi-lagi Bulutangkis memberikan kado manis lewat suksesor atletnya, Markis Kido dan Hendra Setiawan berhasil merengkuh gelar prestisius di cabang olahraga Bulutangkis, Medali Emas di Olimipade Rajanya Bulutangkis, Cina. Semenjak cabor Bulutangkis digelar untuk kali pertama tahun 1992 di Barcelona, sudah 6 Medali Emas disabet kesatria dan srikandi negeri di lima ajang Olimpiade berbeda.
                Nah, kondisi inilah yang acap kali disinyalir sebagai pembangkit gairah nasionalis yang redup akibat dari corat marut negeri. Lewat sabetan raket atlet yang ciamik, lewat daya juang dan semangat yang tinggi, seolah mampu memecah penatnya kondis negeri. Sontak, gemuruh bergelora. Terpatri semangat dan rasa nasionalis.
               

0 comments: