Anda tentu
sudah tahu bahwa salah satu cabang olahraga popular tanah air yang paling
digandrungi selain tentunya Sepakbola adalah Bulutangkis. Terkaan anda tentu
bukan tanpa alas an, selain secara historis Indonesia punya kedekatan emosional
yang sangat erat dengan cabang olahraga yang berasal dari India dan
dikembangkan di Inggris ini.
Sejarah
panjang dunia perbulutangkisan Indonesia tentu sudah menjadi hal lumrah
menghiasi pemberitaan media dunia. Melalui inilah nama Indonesia harum. Bendera
merah putih bisa dikibarkan dipuncak tertinggi dunia, lagu kebangsaan Indonesia
Raya mampu diperdendangkan di jagat dunia.
Saking
gandrungnya masyarakat Indonesia dengan cabang olahraga satu ini, disetiap
kampong-kampung dipelosok dan dipetak-petak rumah susun cukup mudah anda temui
lapangan sedang berukuran 14 meter dikali 4 meter. Hal ini menunjukan betapa masyarakat
Indonesia sudah sangat akrab dengan tepok bulu.
Tak ayal,
gelora nasionalis sering kali membuncah bila atlet-atlet kenamaan negeri tengah
bertanding mempertaruhkan nama bangsa. Semangat pantang menyerah, ditambah
dukungan yang membludak, sorak sorai Indonesia..Indonesia..dan
gegap gempita arena pertandingan yang bergemuruh membuat siapa saja tak
bergeming dan enggan untuk lepas dari kursi penonton tatkala melongok atlet
kebanggaan bertanding.
Lihat saja
pagelaran Djarum Indonesa Super Series 2011, even pertandingan yang memang
rutin digelar di Bumi Nusantara semenjak 1980-an silam ini selalu saja menjadi
magnet tersendiri bagi para badminton
lovers. Tak menyoal seberapa jauh jarak tempuh yang dilalui menuju arena
pertandingan, tak menyoal berapa rupiah yang harus mereka rogoh untuk memasuki
arena pertandingan, tak menyoal seberapa aneh dan nyeleneh dandanan mereka untuk datang menyaksikan sang idola. Satu
visi yang mereka bawa, nasionalisme.
Bulutangkis
adalah satu dari beberapa cabang olahraga di Indonesia ini yang mampu menjadi
daya tarik luar biasa dan gegap gempita nasionalisme. Demi mendukung tim
Indonesia berlaga, mereka rela menyisihkan banyak uang demi mendukung tim
kesayangan Berjaya. Semua itu karena Bulutangkis adalah prestasi bangsa. Demi
menunjukan rasa nasionalisme yang tinggi, apapun dilakukan asalkan asa tetap
terpelihara.
Bulutangkis
sering kali menjadi asa pelipur lara ketika negeri ini tengah terkoyak diterpa
musibah. Ketika Indonesia tengah merayakan HUT RI-nya yang ke-59, atlet
bulutangkis nomor satu Indonesia, Taufik hidayat sukses mempersembahkan kado
indah dengan peras keringat dan sabetan raket yang Ia ayunkan lewat Medali Emas
Olimpiade Athena 2004. Emas ini sekaligus menjadi gelar pelipur lara demi
mengobati kisah pilu yang dialami saudara-saudara di Bumi Serambi Mekkah yang
tengah dirundung bencana pada Desember 2004.
Ketika
Indonesia kembali merayakan hari jadinya yang ke-63, lagi-lagi Bulutangkis
memberikan kado manis lewat suksesor atletnya, Markis Kido dan Hendra Setiawan
berhasil merengkuh gelar prestisius di cabang olahraga Bulutangkis, Medali Emas
di Olimipade Rajanya Bulutangkis, Cina. Semenjak cabor Bulutangkis digelar
untuk kali pertama tahun 1992 di Barcelona, sudah 6 Medali Emas disabet
kesatria dan srikandi negeri di lima ajang Olimpiade berbeda.
Nah,
kondisi inilah yang acap kali disinyalir sebagai pembangkit gairah nasionalis
yang redup akibat dari corat marut negeri. Lewat sabetan raket atlet yang
ciamik, lewat daya juang dan semangat yang tinggi, seolah mampu memecah
penatnya kondis negeri. Sontak, gemuruh bergelora. Terpatri semangat dan rasa
nasionalis.
0 comments:
Posting Komentar