Menyeka Paradigma Masyarakat Soal Nuklir

on Minggu, 27 November 2011
Untuk lebih mengakrabkan telinga masyarakat akan sumber energi pembangkit listrik alternatif yang aman dan tidak berpolusi. Perlu sebuah langkah progresif dalam menyadarkan masyarakat terutama kalangan akademisi betapa Nuklir sebagai energi alternatif futuristik yang aman dan tidak polutif baik untuk Indonesia.
Logo Nuklir
Perihal apa? Untungnya saya pernah mewawancarai Dr. Ferhat Aziz selaku ketua BATAN dalam sebuah even publik. Menyoal tentang efektifitas dan efisiensi sumber energy baru ia pun akhirnya angkat bicara. Dirinya mengaku bahwa saat ini pengembangan energi alternatif selain panas bumi atau yang lazim disebut energi geothermal sudah sangat urgensi bagi masyarakat Indonesia. Saat ini Indonesia memang dianugerahi sumber daya alam (SDA) yang begitu melimpah. Termasuk, energi mineral. Menurut data WGC (World Geothermal Conference) yang diselenggarakan di Bali pada 2010 silam, Indonesia saat ini tengah menduduki posisi ketiga sebagai negara dengan cadangan energi geothermal terbesar dengan potensi 28.000 Megawatt. Namun, kendati Indonesia dikauruniai SDA yang begitu melimpah, tidak serta merta hal tersebut berimplikasi positif terhadap semakin efisiennya negara ini dalam mengeksplorasi sumber energi bagi kesejahteraan amsyarakat. Asumsi dasar menyebutkan bahwa kebutuhan masyarakat akan energi yang dikoneversikan ke sumber energi listrik adalah sebesar 100.000 Megawatt. Namun, yang hanya bisa dihasilkan oleh cadangan energi panas bumi (Geothermal) di Indoensia hanya sebesar 10.000 Megawatt. Walhasil, tinggal 90.000 Megawatt lagi yang mesti dieksplorasi. 
Nah, salah satu caranya adalah mengeksplorasi sumber galian energi baru yang bisa dijadikan pusat pengembangan energi aletrnatif. Sumber energi tersebut adalah Nuklir. bila mendengar kata Nuklir, yang terlintas dibenak kita adalah bahaya, kematian dan lain sebagainya. Bukan tanpa alasan, pemberitaan media massa yang memberangus otak masyarakat dengan ketakutan, kekalutuan nan luar biasa serta akibat yang ditimbulkan berupa bahaya yang luar biasa menjadi salah satu contohnya. Selain itu, pengembangan teknologi nuklir yang dilakukan oleh Chernobyl pada masa perang dingin yang memakan korban hampir 60 orang semakin menambah paranoid masyarakat bahwa nuklir dengan stereotipe "BERBAHAYA''. Betapa tidak, bila pengembangan teknologi nuklir yang dimanifestasikan dengan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dengan komponen dan sistem pertahanan berlapis. dijamin, gedung reaktor nuklir yang dijadikan sebagai pusat eksplorasi tenaga nuklir bakal berjalan aman. Bahkan demi menjamin keamanan dalam pengeksplorasian uranium yang menjadi bahan dasar sumber energy nuklir sempat diskeneriokan sebuah pesawat yang dikemudikan dengan velositas yang tinggi tak mampu menghancurkan gedung reaktor nuklir. 


Sistem pertahanan berlapis ini merupakan protipe dari progres pengembangan teknologi nuklir yang modern dan futuristik. BATAN sebagai sebuah lembaga yang memiliki otoritas penuh dalam hal optimalisasi sumber energi nuklir sempat mengkomparasikan bahwa paranoid masyarakat akan radiasi yang dihasilkan dari ledakan reaktor nuklir di Jepang beberap bulan lalu tidak sebesar ketakutan yang digembar-gemborkan masyarakat Indonesia. padahal jelas sekali, reaktor nuklir di Jepang yang berjarak ribuan mil dari Indonesia belum berdampak luas secara psikologis bagi masyarakat Jepang. apalagi, komponen reaktor nuklir yang dikembangkan di Fukushima, Jepang adalah produk teknologi lama yang hanya diperbaharui keselamatan dan keamananya. Berbeda dengan Indonesia, Indonesia mengembangkan dan mencontohkan prootipe reaktor nuklir yang canggih, modern, dan futuristik. Jadi jelaslah, Jepang yang sempat dilanda bencana dahsyat yang sempat diwartakan media massa dunia terkait ledakan beberapa reactor nuklirnya ternyata tidak separah yang dibayangkan.
Dengan sistem pertahanan berlapis, disusun secara sistematis mula dari dinding gedung reaktor berbahan dasar beton yang telah diperkuat logam setebal 1 Meter, kemudian rangkaian batang baja berdiameter 6 Cm sebagai protektif bejana pengungkung cungkup silinder baja setebal 4 Cm. Dibagan dalam, terdapat dindng pelindung dengan sistem penguat logam yang terbuat dari batang baja berdiameter 6 Cm dan diperkuat beton setebal 1,5 Meter. Kemudian, perisai bilogis beton berlapis timbal yang berbahan dasar beton setebal 1,2 Meter dan dilapisi beton baja dua sisi setebal 2,5 Cm. Selain itu, bejana reaktor dibuat dari baja berkekuatan tinggi setebal 10 sampai 20 cm ditambah elemen bakar, dinding pelapis dan dinding atas. Dengan sistem pertahanan berlapis yang dikembangkan oleh BATAN sebagai energi alternatif menghadapai tantangan global. Menurut ATOMOS (Media Informasi IPTEK Nuklir) komponen-komponen reaktor nuklir harus memenuhi standar kualitas yang tinggi dan dapat diandalkan, sehingga kemungkinan kegagalan komponen tersebut sangat kecil, diantaranya : pompa-pompa, katup-katup, pemipaan, tangki, instrumentasi dan kontrol.
Maka dari itu, BATAN kiranya perlu memberikan edukasi dan sosialisasi bahwa nuklir itu tidak seberbahaya darI yang diperkirakan. Apalagi, melihat kasus Jepang yang kebocoran gedung reaktor nuklir yang tidak memakan satupun korban akibat radiasi yang dipancarkan dari kebocoran reaktor nuklir. Selain itu pula, efek dari radiasi nuklir ini pun tidak seberbahaya akibat yang ditImbulkan dari merokok. Secara stokastik, efek yang ditimbulkan dari radiasi nuklir hanyalah kematian dari sel syaraf sensorik seperti mengingat. Namun, memang secara deterministik efek yang dapat ditimbulkan dari radiasi nuklir ini bisa berupa kanker dsb. Namun, tetap saja efek radiasi nuklir ini tidak seberbahaya dari racun yang diendap dalam sebatang rokok.
Selain itu, optimasi pemanfaatan sumber energi nuklir pun tidak hanya sebatas pembangkit listrik. Namun, secara parsial tujuan dari pembangunan IPTEK nuklir ini adalah memberikan dukungan nyata untuk pembangunan nasional. Pembangunan litbangyasa IPTEK nuklir diarahkan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapkan masyarakat dan pembangunan.
Konkritisasi dari pembangunan IPTEK nuklir ini pun tak hanya terbatas pada sektor energi kelistrikan saja, melainkan bisa bermanfaat pula pada pengembangan bdang pertanian dan peternakan, bidang energi tentunya, bidang teknologi informasi dan komunikasi beserta bidang kesehatan dan obat-obatan. contoh beberapa produk pertanian dan peternakan hasil penelitian BATAN menggunakan teknik nuklir seperti ; padi, kedelai, kapas, suplemen pakan ternak dan pengawet bahan makanan. bibit unggul, pupuk hayati dan tanaman lorong teknologi serangga mandul, pengawetan bahan pangan, teknologi suplemen pakan ternak ruminansia, teknologi reproduks ternak, koksivet supra'95 adalah hasil riset BATAN dengan metoda teknik kenuklran sebagai optimasi sumber energi nuklir yang bertujuan untuk damai. di bidang kesehatan, renografm pesawat sinar-X, thyroid uptake, brachetherapy, perlatan proteksi radiasi, KY radiofarmatika dan sediaan senyawa bertanda, jaringan bilogi steril, protokol pemeriksaan dalam kedokteran nuklir. Itulah sederet hasil riset dan pengembangan BATAN terhadap nuklir.
Dalam perspektif lingkungan hidup pun, eksplorasi nuklirpun tidak sekotor gas buang yang dihasilkan oleh Batu Bara ataupun geothermal lainnya sebagai pusat eksplorasi sumber energi. bahkan, Dr. Ferhat Aziz pun mengakui bahkan gas buang yang dihasilkan dari sisa pembakaran uranium sebagai bahan bakar sumber energi nuklir pun hanya sebesar 0 %. artinya, sama sekali tdak ada gas buang yang dihasilkan oleh nuklir ini. bahkan, dinegara-negara maju seperti Spanyol, AS, Cina pusat eksplorasi nuklir pun seringkali dijadikan tempat wisata. di Spanyol, reaktor nuklir berdekatan dengan wisata pantai di Spanyol yang sangat terkenal. ini membuktkan betapa otimasi tenaga nuklr ini memang cukup aman.
Lantas, siapkah Indonesia mengeksplorasi nuklir ini dengan tepat guna ?

Sebenarnya, pembangunan reaktor nuklir ini sudah cukup lama dikembangkan. Hal ini terbukti dengan disusunya peraturan pemerintah No. 65 Tahun 1958 yang membentuk dewan tenaga atom dan lembaga tenaga atom pada tahun 1950-an. Secara kualitas, SDM Indonesia sudah cukup mampu terbukti dengan didirikannya beberapa reaktor nuklir di Pulau Jawa yang merupakan karya anak bangsa. Yang menjadi persoalan adalah, kesigapan pemimpin negara untuk responsif dan berpikir secara visioner betapa optimasi dan alternasi sumber energi begitu urgensi bagi masyarakat Indonesia. Selama ini, sumber energi yang digunakan Indonesia masih terpaku pada pembangkit energi tenaga air (darat), angin, geothermal. dan sebagai alternasi, nuklir dan surya adalah kedua sumber energi yang paling potensial untuk dikembangkan. Tinggal bagaimana, pengembangan IPTEK yang sesuai perkembangan zaman kendati riset dan pengembangannya dilakukan sekarang (2011) namun mekanisme, komponen dan instalasinya paling tidak harus relevan dengan puluhan tahun kemudian. Hal ini setidaknya akan membuat diversifikasi dan koversi sumber energi, efisiensi harga listrik, ketahanan energi nasional, lingkungan hidup dan penerapan teknologi. Jadi, jangan lagi berpikir paranoid bahwa nuklir ini dijadikan sebagai alat/senjata pemusnah massal seperti yang dikembangkan oleh Iran dan Korea Utara. Nuklir yang dikembangkan oleh Indonesia, Ukraina, Cina, Rusia, dan yang lainnya adalah pemanfaat nuklir dengan misi damai.

Demi pemerataan pembangunan pun setelah Jawa, BATAN menargetkan pengembangan IPTEK nuklir ini akan coba dikembangkan di Bangka agar suplai energinya bisa disebarkan ke Sumatera dan Jawa. Selain itu, diharapkan kedepan dengan semakin berkembangnya IPTEK pemanfaat nuklir tidak hanya sebatas yang disebutkan diatas, pemikiran futuristik dengan konsep dan mekanisme yang efisien akan mampu memoderasi iptek nuklr menjad bahan bakar kendaraan bermotor yang 0 % gas buang. Tak hanya itu, pengembangan secara berkala paling tidak dirasakan hampir ke seluruh penjuru negeri. Dengan demikian, kekisruhan akan sentralisasi pembangunan perlahan dikentaskan dengan pengembangan IPTEK dan pembangunan nasional secara berkala ke penjuru negeri. Semoga.

0 comments: