Gayus Propaganda Elit Politik

on Minggu, 30 Oktober 2011
Akhir-akhir ini negara tempat kita berpijak, Indonesia tak henti-hentinya diterpa bencana demi bencana yang meluluh lantakan ‘muka’ negeri ini. Selain peristiwa-perisitiwa alam yang memang sudah menjadi takdir Tuhan yang tak dapat dielakkan lagi. Buruknya sistem politik di negeri ini juga aktif memberikan sumbangsihnya menjadi donatur terbesar dalam rangka mengkacau balaukan tatanan negara Indonesia.             Sederet kasus yang sempat menjadi fokus utama media dalam pemberitaannya, sebut saja aliran dana bailout Bank Century yang menyeret kalangan pucuk menteri dan nama besar lainnya dalam kasus ini. Ditahannya mantan ketua KPK, Antasari Azhar yang diduga menjadi otak dibalik meninggalnya Nasruddin dan keterlibatan dirinya dalam cinta segitiga dengan wanita berinisial RN. Lanjut, adanya indikasi mafia peradilan dalam tubuh institusi penegakan hukum di Indonesia. Dan yang paling fenomenal adalah, pengakuan Susno Duadji yang menyeret Bigfish mafia pajak dalam tubuh Ditjen Pajak, Gayus HP Tambunan.
            Gayus Halomoan Partahanan Tambunan, pria kelahiran Jakarta 31 tahun silam ini menjadi news maker paling fenomenal pemberitaannya di media-media lokal dan nasional, bahkan Internasional. Tercatat, banyak kasus Gayus yang kini menjadi sorotan media massa, terlebih ditinjau dari adanya keterlibatan sejumlah elit dalam setiap kasus Gayus yang ia perankan.
            Pria berbadan tambun itu (sesuai namanya ‘Tambunan’), yang ‘hanya’ bekerja sebagai pegawai negeri ditjen pajak golongan III/a ini kiprahnya juga tak sefenemonal sekarang. Tak ada hingar-bingar yang memberitakan bahwa dirinya adalah seorang yang besar. Upeti yang ia hasilkan sebagai pegawai ditjen pajakpun Cuma sebesar 12,1 juta perbulannya. Sebenarnya, gaji yang ia terima itu cukup untuk membiayai keluarga kecilnya yang sebelum singgah dirumah super mewah yang ia miliki di daerah Kelapa Gading itu, dasar sing orangna wae. Manusia memang tidak pernah puas ! barulah dirinya menjadi fokus pemberitaan media tatkala nama dirinya masuk dalam pencatutan sejumlah nama-nama yang disangsikan oleh Susno Duadji menjadi aktor mafia di perpajakan.
            Awal karir Gayus menjadi bak selebriti yang terus dicecar dan disorot dimulai dengan terkuaknya isu yang beredar ‘ada main’ dalam tubuh institusi perpajakan kita itu. Direktorat Pajak disinyalir banyak menghasilkan produk-produk mafia yang cukup mumpuni untuk melumpuhkan stabilitas kas keuangan negara. Karena, pajak adalah salah satu dari penghasilan terbesar yang diraup Indonesia selain fee ekspor/impor dan hibah/bantuan dari luar negeri.
            Diawali dengan sebuah rapat dengar pendapat yang dilaksanakan oleh Komisi III DPR RI kepada Susno Duadji, dirinya bersaksi bahwa Ditjen Pajak sudah tidak bersih lagi dalam artian kredibilitas yang mulai runtuh. Hal ini ia ungkapkan lebih lanjut, adanya bibit-bibit blowfish yang menjamur didalam tubuh institusi tersebut. Terkait masalah ini, Susno menyertakan sejumlah asumsi bahwa seorang Gayus telah ‘menilep’ duit rakyat yang dalam laporan PPATK nominal yang disebutkan mencapai 38 Milyar Rupiah disertai dengan uang dollar Amerika yang jumlahnya ribuan dollar. Tak pelak, hal ini mendapat perhatian sejumlah intitusi terkait yang memiliki otoritas untuk mengurusi sejumlah kesaksian mantan Komisaris Jendral (Komjen) Polri itu.
 Inilah muqaddimah lembaran kisah novel fiksi Gayus dimulai. Adanya konspirasi demi konspirasi yang Gayus kreasikan semakin menambah ruwet permasalahan yang ada. Ramainya pemberitaan seorang Gayus dimedia, diperparah dengan konstelasi dibalik ‘memarnya’ institusi yang telah terkontaminasi oleh Syndrome seorang Gayus.
Kontroversi kepergian dirinya ke Bali tak dipungkiri mampu menyedot sorotan media akhir-akhir ini. Gayus bukan lagi rakyat jelata yang meronta-ronta kepada pemerintah, dirinya berevolusi bak jetsetter yang tindak-tanduknya selalu disorot media. Tak pelak, sejumlah kalangan berasumsi bahwa ada motif terselubung dibalik kepergian Gayus ke Bali. Meskipun, dalam kesaksiannya di muka peradilan (sambil menangis), dirinya menyebutkan bahwa kepergiannya singgah ke Bali  cuma demi menjenguk sang istri dan anak yang telah lama ia tinggalkan. Namun, kalangan teknokrat tak begitu saja percaya apa yang telah dilontarkan oleh Gayus. Alih-alih untuk membela diri, Hendardi (Presidium Setara Institute) malah menduga adanya keterlibatan elit politik dibalik keberangkatan Gayus Tambunan ke Bali. Hendardi mengasumsikan bahwa hal ini adalah konspirasi politik tingkat tinggi yang dilakoni sejumlah elit politik.

Gayus ‘Tampar’ Aparat
Diabadikannya sesosok pria yang tengah bergumam dan serius menyaksikan pertandingan tenis di nusa dua bali, tak pelak semakin memperkeruh suasana yang ada. Pria yang disinyalir memiliki kesamaan fisik dengan Gayus tersebut menimbulkan pertanyaan besar terkait status dirinya yang seorang tahanan bisa keluar dengan bebas malang melintang menebarkan’senyuman’ mautnya. Pertanyaan tersebut mengacu pada, dimana profesionalitas pegawai yang mengawasi tahanan ? dalam pengakuannya, Gayus mengakui bahwa dirinya telah menyuap Kepala Rutan Mako Brimob di daerah Jakarta dengan iming-iming ratusan juta rupiah.
Pokok permasalahan gayus yang bermula pada abu-abunya sistem perpajakan di ditjen pajak kini semakin bias pengentasannya. Hal ini justru, semakin mempersulit instansi terkait untuk menjerat gayus yang gaungnya disebut dimedia disupport oleh beberapa elit politik berpengaruh di republik ini. Ical ditenggarai menjadi otak dibalik kepergian gayus ke bali. Namun, pengusutan motif kepergian gayus yang menyangkut dirinya (ical, red) agak sedikit tersendat, setelah ical aktif mengadukan sejumlah media massa terkait gembar-gembor yang selalu mencitrakan dirinya menjadi aktor dibalik kepergian gayus ke bali. Kepergian Gayus ke Bali mengoyak-ngoyak institusi pengamanan dan pengakan hukum di Indonesia. Institusi kepolisian kini menjadi fokus pemberitaan media terkait kepergian gayus ke bali pada saat masih mengemban label sebagai seorang tahanan di Rutan Mako Brimob. Keberhasilan gayus merengsek keluar dari balik jeruji besi telah membuka mata kita bahwa beginilah sirukulasi tatanan negara kita yang demikian matrealis dan populisnya. Semuanya bisa diatur dengan uang.

0 comments: