Health Television Campaign sebagai Solusi Membentuk Moral bangsa

on Minggu, 30 Oktober 2011
banyak faktor yang dapat diajdkan tumpuan untuk mengeskalasi rasio kecerdasan anak. selain karena genital yang Ia bawa kedunia, masih banyak faktor-faktor lain yang bisa dijadikan indikator growing-upnya tingkat kecerdasan anak. banyak yang berasumsi bahwa tingkat kecerdasan seorang anak itu dapat dilakukan dengan cara mengingkatkan frekuensi belajar anak dengan lebih intensif. namun, sebenarnya bila ditelisik lebih jauh ada faktor-faktor lain yang menjadi barometer meningkatnya tingkat kecerdasan anak. salah satunya adalah peran lingkungan. lingkungan memberikan implkasi psiko-sosilogis terhadap kehdupan anak. variasi lingkungan sangat beragam, lingkungan bisa berasal dari dalam keluarga sendiri, kemudian lingkungan sekolah hingga lingkungan sekitar dimana Ia tinggal. secara performatif, hal ini tentu tak dapat ditampikkan bila anak bakal bisa menyelaraskan pelbagai komponen pembentukan karakter dan kecerdasan anak. adapaun, komponen yang lazim dijadikan sebagai tolok ukur adalah kognitif, afektif, dan psikomotorik. selain itu, komponen yang paling umum dalam mengukur tingkat kecerdasan anak dibagi menjadi tiga ranah (i) intellectual quotient, (ii) social quotient (iii) emotional quotient

namun, secara faktual semakin berkembangnya peradaban dunia, secara otomatis dapat dirasakan telah terjadi pergeseran paradigma komunitas modern dalam mendidik dan mengajari anak-anak. bila dahulu, pembelajaran paling utama yang bisa dipetik oleh seorang anak adalah pembelajaran yang diberikan oleh orang tua. namun, paradigma tersebut agak sedikit bergeser lantaran perkembangan zaman. kehidupan masyarakat modern yang menuntut setiap orang itu untuk terus bekerja, bekerja, dan bekerja membuat idiom diatas sudah semakin tidak lagi bisa diaplikasikan. anak tak lagi mendapatkan ASI secara eksklusif dari Ibunya. anak sudah tidak lagi bisa berkumpul dengan ayahnya. padahal sudah jelas, kebutuhan ASI ekslusif dari Ibu kandung anak sangat urgen dalam rangka meningkatkan tingkat kecerdasan dari seorang anak. seharusnya, orang tua harus bisa mendidik anaknya secara intensif sebagai konsekuensi logis pembentukan karakter anak yang bermoral dan cerdas.

Kasus Amoral Anak
Beberapa pekan terakhi public sontak dikagetkan dengan kasus amoral yang melibatkan anak dibawah umur. Yang lebih mengejutkan, biasanya warta nasional memberitakan kasus berupa anak dibawah umur yang menjadi korban, namun posisi tersebut berbalik. Anak dibawah umur justru menjadi tersangka. Tentu ini menjadi perhatian serius komnas perlindungan anak. Tampaknya, sekolah seperti halnya didengung-dengungkan sebagai wahana edukasi bagi anak dalam membentuk karakter dan moral belum begitu optimal. Perlu kesadaran diri yang tinggi agar budi pekerti luhur seperti apa yang dicita-citakan tersebut dapat terealisasi.






0 comments: