Libur
lagi..libur lagi. entah ini sudah menjadi kebiasaan bangsa Indonesia
yang kerap meliburkan diri atau memang ada motif yang cukup positif
bagi semua kalangan. yah, memang benar bila hari libur adalah waktu
yang tepat untuk dijadikan sarana merefresh diri tatkala jenuh pada
pekerjaan yang tengah dilakoni.
Indonesia adalah negara dengan hari libur terbanyak |
Indonesia? jangan tanya. surat
keputusan bersama tiga menteri (SKB) Tiga Menteri, yakni Menteri
Pendayagunaan dan Reformasi Birokrasi, Menteri Agama, dan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi. yang menetapkan bahwa hari ini, Senin
(16/5) adalah rangkaian cuti bersama berhubung besok selasa (17/5)
2011 bertepatan dengan hari raya umat Budha, Waisak. saya masih
toleran bila dijatuhinya ketetapan (Beschiking) mengenai Hari
Raya Umat Budha, Waisak. namun, yang saya agak geleng-geleng kepala
adalah kenapa senin (16/5) 2011 sehari sebelum perayaan waisak
digulirkan harus diliburkan dengan SKB Tiga Menteri atas nama cuti
bersama.
banyak pula, yang keberatan dan
menolak keputusan SKB Tiga Menteri ini. salah satunya adalah Sukarta.
dalam petikan wawancaranya yang saya kutip dari Tempo Interaktif dirinya
menyebutkan “Kami tetap menghormati surat keputusan bersama
tersebut,” kata Sekretaris Daerah Kota Surakarta Budi Suharto saat
ditemui, Senin, 16 Mei 2011. Namun, mereka tetap memutuskan untuk
tidak libur dengan pertimbangan pelayanan kepada masyarakat.
Keputusan tersebut telah disebar ke semua satuan kerja, beberapa saat
setelah pemerintah memutuskan cuti bersama.” begitu katanya.
bukan tanpa alasan kenapa saya keberatan dengan keputusan SKB Tiga
Menteri secara legal formal dalam struktur ketatanegaraan Indonesia.
(i) Indonesia sudah terlalu banyak hari libur. hal ini membuktikan dari
ekses behavioral dari para penetap kebijakan kita yang secara
implisit bsa diasumsikan adalah pendamba hari libur. lagipula,
kekuatan hukum SKB Tiga Menteri tersebut masih jauh dibawah tata
aturan peraturan per-UU-an yang berlaku di Indonesia (Lihat UU No.10
Tahun 2004 ttg Asas Per-UU-an). artinya, secara yuridis tak menyoal
seharusnya instansi-instansi swasta ataupun negeri untuk tidak menaati
aturan tersebut. karena sifatnya tidak imperatif dan sifatnya(SKB 3
M) hanya Mogen (kebolehan). (ii) Hari Libur bersifat tidak
mendidik.Korea Selatan bisa diambil contoh, negara tersebut hanya
mempunyai 11 hari Libur nasional. bandingkan dengan Indonesia, yang
mencapai 70-an hari libur nasional plus hari-hari dipaksa
‘diliburkan’. perlu dicermati dengan seksama, korelasi hari libur
dengan pembangunan bangsa. semakin sedikit bangsa itu hari liburnya
maka semakin besar pula kemungkinan bangsa tersebut untuk maju. Korsel
dan Jepang adalah contoh nyata perhal sedikitnya penanggalan mengenai
hari libur. karena apa, dengan sedikit hari libur pekerja bisa secara
produktif bekerja dengan rajin, siswa/siswa bisa dengan rutin belajar
setiap harinya. berbeda dengan Indonesia, hari libur begitu banyak.
libur sering dimaknai dengan kebebasan. bebas dari belenggu pekerjaan,
bebas dari tugas-tugas yang bekeberatan, bebas dari segala tuntutan.
hal inilah yang sangat saya khawatirkan, kultur sebagian besar bangsa
Indonesia yang mengasosiasikan libur sebagai bebas (free)
sangat miris sekali. mengapa ? kewajiban sebagai negarawan yang baik
yang patuh pada regulasi kewargaan negara yang baik luput dan tereduksi
lantaran ekses dari asosiasi hari libur. inilah yang sangat
dikahwatirkan, tugas dan kewajiban negara kemungkinan besar lalai
perihal definisi libur sebagai kebebasan. bila, anda rajn mengoleksi
dan gemar menonton film-film produksi Hollywood yang menayangkan
mengenai kehdupan masyarakat Amerika yang dinamis, penuh tuntutan
pekerjaan namun ada sis edukatif yang dapat dipetik dari penggalan
adegan yang dilakoni yang bisa dijadikan contoh yang positif bagi
bangsa Indonesia ini. yakni, tidak lepas tanggung jawab. film-film
produksi Hollywood seringkali menceriterakan skrip film dengan adegan
seroang yang bekerja namun pada hari liburnya yang Ia lakukan adalah
menuntaskan pekerjaan dan berkumpul bersama keluarga. bukan,
berleha-leha dirumah sembari tidur-tiduran dan bangun pagi yang
menjelang siang. sangat kontras dengan kultur bangsa kita. walaupun
film tersebut hanya adegan fiktif, namun hal tersebut dapat mewakili
kehidupan sesungguhnya bangsa Amerika. karena, adegan dtersebut
merupakan adegan yang jarang menjadi bahasan publik lantaran adegan
tersebut biasa-biasa saja. nah, adegan-adegan biasa seperti inilah
yang sebenarnya menjadi taste dan naturalnya film tersebut. jadi, cukup sekali untuk menggambarkan kehidupan publik amerika secara shortcut dalam sebuah film.
maka, seharusnya pemimpin negara ini berkaca dan mencontoh negara-negara
lain yang lebih dahulu maju. bukan, sistem ekonomi ataupun politik
yang ditiru, bukan mekanisme pemilihan umum yang ditiru, bukan pula
sistem pendidikan yang perlu ditiru dan diimplementasikan di Indonesia
supaya negara ini maju dan menjadi bangsa yang disegani. tapi,
contohlah pembanguna karakter disiplin dan manajemen massa yang mesti
dipelajari oleh pemimpin bangsa ini. pembangunan perencaan ekonomi
secara pragmatik ataupun visioner adalah ekstensfikasi dari tugas
seorang pemimpin. bagaimana bangsa ini bisa maju bila pemimpinnya
sendiri ‘meliburkan diri’ dari tugas kenegaraannya. (lihat
http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2011/05/16/brk,20110516-334711,id.html).
0 comments:
Posting Komentar