Salah satu bentuk diskriminasi |
sungguh ironi, image Indonesia dimata dunia yang dikenal sebagai negara yang ramah akan kehadiran tamu asing adalah bullshit. hal
tersebut adalah kebohongan besar yang terpatri dalam jiwa-jiwa
negarawan palsu yang saat ini tengah ‘menyibukkan diri’ membuat program
penctraan diri demi popularitas tanpa batas. hingga dikenal sebagai
orang dermawan. padahal strategi tersebut adalah untuk menjatuhkan
lawan.
lantas, siapa yang mesti disalahkan ? behavioralisme masyarakat Indonesia yang ewuh pakewuh adalah karakteristik busuk masyarakat Indonesia. muka-muka penjilat yang lapar akan amanat (jabatan, red).
kerap muncul disektar kita. berlagak tamah namun tersirat kelakuan
yang serakah. sungguh, ini adalah sebuah diskriminasi yang sangat akut
yang tengah menjadi pandemi bagi masyarakat Indonesia. penyakit ini
lebih ganas bahkan langsung terasa sekejap mata. penyakit hati jauh
lebih menyakitkan ketimbang rasa sakit yang dirasakan langsung oleh
tubuh kita. diskriminasi kadang membuat kita menjadi geram, kesal
bahkan bila terendap dalam waktu yang cukup lama maka akan absurd dan
irasional.
kegelisahan yang saya rasakan betapa
masyarakat Indonesia sudah sedemikian ‘menjilat’ terlihat dari berbagai
sektor kehidupan. mulai dari jasa pelayanan publik, aksesifitas sarana
publik, hingga interaksi horizontal sesama jelata pun kerap diwarnai
tindak diskriminasi, sekalipun itu kecil. ambil contoh, bila anda
menaiki sebuah moda transportasi publik yang biasa anda gunakan ketika
anda hendak mencapai tempat kerja ataupun kuliah, saban hari yang bakal
anda temukan lazimnya di Indonesia pelayanan yang biasa-biasa plus
sambutan tak menyenangkan dari awak bus yang mengendarai transportasi
umum tersebut. namun, bila anda jeli melihat situasi kondisi akan
kontras kejadiannya bilamana tamu besar/gubernur/walikota/pejabat yang
menaiki moda transportasi tersebut. sambutan yang super ‘wah’, bila
perlu disambut dengan karpet merah, senyum sumringah nan lebar akan
menjadi pemandangan utama ketika yang datang adalah elitis negeri.
bahkan baru-baru ini, informasi yang merebak bahwa disebuah daerah
kecil di Indonesia segera akan disambangi Presiden Indonesia, SBY.
akses jalan yang bakal dilalui SBY diberitakan bakal diperbaiki hingga
sang-Presiden lancar, aman, dan nyaman melintasi ruas jalan daerah
tersebut. sempat terbesit pertanyaan yang terlintas dalam benak
pikiran, sebenarnya negara ini milik elitis ataukah rakyat ? bila
mengedepankan rakyat sudah jelas tertera dalam amanat konstitusi negara
Indonesia yang termakntub dalam Pasal 2 UUD’45 bahwasannya kedaulatan
berada ditangan rakyat dan dijalankan melalui UU. namun, fakta
dilapangan ? nol besar. lantas, bila mengedepankan elitis dengan
alasan penghormatan rasanya kurang etis menyebutnya sebagai sebuah
penghormatan. bagi saya pribadi, mereka hanyalah sekelompok orang tak
berguna, lantaran yang menjalani hidup adalah saya. terus terang, kerja
keras sayalah yang menghantarkan saya kedepan pintu gerbang kesuksesan
(tinggal takdir Tuhan YME) bukan atas hasil kinerja elitis. mereka cuma
datang seketika, ingat sesaat dan lupa selamanya. sekelompok kaum
minoritas yang tidak tahu diri, menggantungkan hidupnya dari sebuah
marker hitam berharap kelak mereka yang mencalonkan diri sebagai pejabat
pemerintahan bakal dipilih dengan suara terbanyak dan berasumsi bahwa
disenangi banyak kalangan. toh, yang dicari oleh masyarakat negeri ini
bukan ketampanan ataupun kekayaan calon elitikus, melainkan kompetensi
diri. namun, karena pada dasarnya sudah tidak tahu malu, yah apa mau
dikata ?
satu lagi, saya pernah menangkap
gerak komunikas verbal dari seorang dosen saya di kampus merah-ku
tercinta. masih cukup relevan dengan tulisan saya satu ini. singkat
cerita, tutur sang dosen adalah mengeluhkan tindak diskriminasi karyawan
terhadap dirinya sebelum menjabat sebagai elit kampus. contoh kecil
yang bisa ditarik pelajaran bahwa janganlah sekali-kali membedakan
seseorang lantaran status, latar belakang ataupun tingkat sosial dan
edukasional yang mereka dapat. namun, hargailah seseorang tersebut
karena bila kita mau dhargai. berilah dirinya penghormatan dan jamuan
yang baik sekalipun itu pahit karena urusan pribadi yang menumpuk.
sambutlah dengan senyuma walaupun tersirat senyum palsu tatkala pikiran
tengah melanglang buana jauh ditengah samudera. ingatlah, dunia ini
ibarat minum air. tidak akan selamanya. satu hadits yang saya harap
cukup untuk mengkontemplasikan pola pikir kita menjadi lebih baik
“Pada surah 4, An-Nissa’, ayat 140 Tuhan berfirman”“…Tuhan akan mengumpulkan orang2 Munafik dan yang tak beriman di Neraka”
Semua ayat2 lain yang mengacu orang2 Munafik mengisyaratkan mereka ke neraka selamanya.
Tuhan telah berfirman. Dia telah mengeluarkan perintah-Nya; jelas dan tegas. Jangan membeda2kan para utusan-Nya, hubungan kalian dengan mereka adalah suatu hal yang terpisah. Bila kau lakukan itu, tidak saja bahwa kamu itu tak patuh pada Tuhan tetapi juga per definisi, adalah tak beriman. Tak ada di dalam Quran Tuhan memerintah kita untuk bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya tetapi justru Dia-lah, namun demikian, memerintah kita untuk menerimanya sebagai utusan dan percaya kepadanya dan berjuang serta mendukungnya dan mengikuti cahaya terang yang dikirimNya bersamanya
0 comments:
Posting Komentar