Google/IST |
Implikasinya, kebanyakan dari mereka
mencoba mengorganisir diri dengan membentuk perkumpulan/organisasi yang
mengusung satu visi yang sama. Tak ayal, Organisasi Papua Merdeka menjadi sedikit
gambaran nestapa manajemen manusia Pemerintah RI. Persoalan pembangunan memicu
rawannya krisis nasionalitas diwilayah perbatasan dan pelosok Bumi Pertiwi.
Sulit untuk dibayangkan, bilamana
pemerintah akan menemui posisi rumit ketika menghadapi Papua dan kemudian
berlangsung secara paralel di seluruh penjuru negeri. Jakarta, yang selama ini
diusung sebagai tombak berbagai sektor kehidupan akan diterpa gejolak tak
tertahankan yang merapuhkan ikatan erat jembatan sosial masyarakat Indonesia.
Sebelum semua mosaik cerita kayangan
tersebut terwujud, akankah Jakarta ‘Bertobat’ dan sedikit berwelas asih
layaknya Dewi Kwan Im dalam serial Sun Guo Kong kepada daerah-daerah penyangga
stabilitas nasional?
Belum lepas dari ingatan kita betapa
pembantaian sadis yang dilakukan sejumlah oknum yang ditenggarai persoalan
bisnis di Mesuji, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Polisi merilis ‘hanya’
Sembilan nyawa melayang dalam peristiwa persoalan agraria tersebut. wilayah
yang dibagi oleh Sungai Sodong menjadi Kecamatan Mesuji untuk wilayah Ogan
Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan untuk wilayah utara dan Kabupaten Mesuji,
Lampung Timur, Lampung untuk wilayah selatan.
Google/IST |
Serupa
dengan peristiwa diatas, kasus Ahmadiyah yang sempat menjadi isu global turut
pula mewarnai perjalanan negara ini. ketika kita tengah berada dalam kapal
pecah yang tengah terombang-ambing dalam lautan lepas. Perlahan, Filsuf Thomas
Hobbes yang menyatakan bahwa “Manusia adalah serigala bagi manusia lainnya”
menampakan kebenarannya. Ditengah kondisi yang serba sulit dan urgensi kita ‘dipaksa’
untuk tetap bertahan hidup dan berkompetisi mengalahkan yang lainnya kendati
dengan strategi kotor sekalipun. Kapitaliskah
kita ?
Jurang
pemisah si-kaya dan si-miskin sebagai resonansi dari stratifikasi sosial yang
begitu segegatif di Indonesia duduk manis menceriterakan kelamnya bangsa ini.
kendati, statistik menyebutkan bahwa Indonesia mengalami peningkatan jumlah
penduduk yang begitu seignifikan dalam rasio penduduk usia kerja, tak mampu
menggiring peningkatan perilaku produktif masyarakat. Masyarakat kalangan
menengah keatas digiring dalam sistem neo-liberal yang konsumtif sebagai akibat
dari kebijakan perdagangan bebas yang diimplementasikan pemerintahan Indonesia.
Konsumtif dan Oportuniskah kita ?
Monopoli Ekonomi Memicu Denasionalisasi |
Bila
diakumulasikan, problematika perjalanan bangsa ini dapat dikatakan over limit. Negara ini makin dekat
dengan potensi indeks negara gagal (Failed
States Index). Konsumtif, kanibalistis, opurtunis, kapitalis, dan culas
menjadi deskripsi bangsa ini. ekstrim ? tidak juga. Fakta dilapangan yang
menyusun kesimpulan demikian. entah, harus memulai dari mana. Ketika orang
justru banyak mengingatkan kepada kita bahwa delta perubahan besar itu bermuara
dari perubahan kecil. Umpamanya, dimulai dari diri sendiri. namun, hal tersebut
jualah yang justru menjadi boomerang
ketika pribadi diri sendiri tak mampu mengontrol nasihat mengingatkan orang
lain. Jamrud khatulistiwa dilanda krisis ? siapa yang memulai ? dan, siapa yang
akan mengakhiri ? haruskah Tuhan mengirimkan bencana yang menimpa Kaum Nabi
Luth hingga Tuhan memulai kembali dar nol kehidupan yang damai dan tenteram. Who
knows ?
0 comments:
Posting Komentar