Upaya GAM/Net |
Sudah hampir
enam decade, Indonesia menjadi bahagian penting warga dunia. Semenjak mendapat
pengakuan kemerdekaan secara de jure 17
Agustus 1945 silam dari kolonialisme, Indonesia terus menata diri menjadi
pesaing ketat kompetisi global. Tak ayal, Indonesia sempat menjadi macan
ekonomi dan olahraga Asia pada pertengahan abad 20.
Problematik
pengakuan kemerdekaan tentu tak lepas dari perjuangan berdarah tiada henti. Strategi
penyerangan pun disusun demi menghantam laju colonial menjajah bumi Indonesia.
sejumlah pionir kemerdekaan, pantas disematkan sebagai pahlawan revolusi. Setidaknya,
telah mampu melepaskan Indonesia dari bayang-bayang koloni –meskipun sekarang
kolonialisme gaya baru – eksploitir SDM dan SDA secara sadistis tidak kembali
digulirkan semenjak proposal gagasan Hak Asasi Manusia diperdengungkan.
Tragedy berdarah yang merenggut ribuan pembela
tanah air dalam memrebutkan bumi pertiwi menjadi bukti bahwa bangsa ini serius
menatap masa depan yang lebih baik. Beragam langkah ditempuh, mulai dari melakukan
perundingan, gencatan senjata, hingga meminta dukungan Negara-negara lain dalam
memerangi kolonisasi.
Perlahan tapi
pasti, Indonesia tumbuh menjadi sebuah bangsa yang diperhitungkan dalam
percaturan global. Potensi demografi yang melimpah ditunjang dengan keaneka
ragaman hayati yang memesona menambah khasanah kekayaan nusantara. Namun,
kendati dikaruniai kekayaan yang luar biasa, tak membuat Indonesia cukup
menjadi sebuah bangsa yang besar.
Persoalan kenegaraan
yang sistemik selalu menjadi penghalang kemajuan negeri. Rentetan peristiwa
memilukan yang membuncah kegundahan akan rasa ke-Indonesiaan perlahan mulai
terkikis. Kaleidoskop Indonesia selama 66 tahun dihiasi lika-liku konflik
horizontal yang berujung pada tragedy memilukan.
bermula
dari pergerakan komunisme yang digawangi oleh Musso di Indonesia, ancaman
bentuk politisasi horizontal membuat derai tawa Ibu Pertiwi makin menukik. Pembangkang-pembangkang kecil bermunculan.
PKI adalah ikon separatisme. Meskipun, PKI tak bertujuan memisahkan diri secara
teritori namun PKI meretas asa melepaskan diri secara ideologi.
tantangan
berlanjut dengan munculnya gerakan separatisme mengusung pemisahan secara
teritori dari NKRI. Organisasi Papua Merdeka, Negara Islam Indonesia, Gerakan
Aceh Merdeka, Referendum Ngayogya Hadiningrat, dan Republik Maluku Selatan
adalah contohnya. Gerakan-gerakan ini tentu bukanlah gerakan yang hanya ingin
eksis dilayar kaca. Kehormatan dan klaim diri sebagai sebuah bangsa yang
bermartabat terus menggema. pengkhianatan kerap menjadi bumbu-bumbu separatisme.
Ketidak becusan
pemerintah dalam mengurus daerah-daerah penunjang sentral Jakarta memicu
pergerakan separatism di sejumlah wilayah. Selain itu, pengkhianatan pemerintah
pusat dalam sejarah pendirian NKRI terhadap daerah turut pula menambah warna. Untuk
yang satu ini, kasus paling actual yang menghiasi media-media nasional dan
internasional adalah upaya pemerdekaan diri rakyat Papua dari NKRI. Menggugat Pepera
1961 yang merupakan noktah kembalinya Irian Barat ke Indonesia pun dilakukan.
Kendati,
warga Papua menuding upaya pemerdekaan Papua dari NKRI bukan sebatas persoalan
pembangunan ekonomi, akan tetapi lebih kepada harkat dan martabat sebagai
bangsa. Upaya-upaya serius pun dilakukan.menggalang dukungan dari berbagai
negara digalakkan.Vanuatu dan Inggris adalah dua negara yang membuat bendera ‘Bintang
Kejora’ dikibarkan. Tanah Papua bersiap lepas dari NKRI. Berjiwa negarawan
tentu membawa kita pada dukungan moril kemerdekaan Papua. Tak dapat dinafikkan,
pemerintah pusat telah salah mengurus pulau cantik nan elok ini. rasa iri yang
berkepanjangan terhadap pendatang (Jawa) memicu gerakan pemisahan diri. Sudah 38
tahun lebih OPM mengawal upaya pemerdekaan Papua Barat. Warga Papua berbeda dengan rakyat Indonesia.
perbedaan tersebut dapat diklasifikasikan dalam berbagai bidang. Dalam bidang
IPTEK,masih primitifnya warga Papua membuat rakyat tak mampu bersaing dengan
warga transmigran. Dalam bidang budaya, proses Jawanisasi yang dicanangkan
rezim orde baru mengikis secara perlahan proses demokrasi lokal. Pengelolaan peradatan
dan peribadatan dalam mengusung pemerintahan daerah Papua ‘dipaksa’ menurut
Jawa. Tak ayal, warna Papua coba kembali dibangun lewat MRP (Majelis Rakyat
Papua).
Menjadi sebuah
pertanyaan, pasca kemerdekaan Timor Leste akankah menimbulkan gairah daerah
untuk melakukan hal serupa ? ibarat menunggu bom waktu, kejadian tersebut
tinggal menunggu waktu. Indonesia dikejar ancaman separatis lewat kapitalis
yang dibobok melalui bopeng nasionalis.
0 comments:
Posting Komentar