Sumber : Matanews.com |
Kemacetan panjang
yang menyandera pengendara Kamis, (20/12) lalu lalang di Jalan perbatasan
Palembang-Indralaya semakin parah. Setelah beberapa bulan lalu mahasiswa
melakukan aksi demonstrasi ke Pempro Sumsel terkait dengan pembatasan kuota
angkutan batu-bara melintas di Jalan Indralaya tak menuai hasil yang maksimal. Sebagai
bukti,deretan truk angkutan batu-bara terpaksa ikut-ikutan kena macet sebagai
akibat dari nyungsepnya beberapa kendaraan kedalam rawa-rawa di bibir jalan
Indralaya.
Tak pelak,
hal ini membuat gusar beberapa kalangan. Mahasiswa menuding, Pempro tidak tegas
dalam mengakomodir aspirasi bentukan mahasiswa beberapa bulan lalu. Kendati,
hari ini adalah hari istimewa sejumlah mahasiswa, ternyata hal tersebut tentu tak
seistimewa peristiwa yang melumpuhkan sejumlah aktifitas akademik di Unsri.
80%
mahasiswa dan karyawan yang berdomisili di Palembang, membuat Unsri kampus
Indralaya terlihat sepi dan lengang. Tak banyak mahasiswa yang tengah sibuk
dengan urusan akademik. Bus Mahasiswa pun sampai pada pukul 10.00 WIB pagi
hanya bercokol satu buah bus. Unsri benar-benar lumpuh.
Puluhan bus
yang mengangkut ratusan mahasiswa pun memilih untuk memutar kembali ke
Palembang. Tak ayal, banyak dari mahasiswa mengurungkan niatnya untuk kuliah. Pilihan
pun jatuh dengan menggunakan alternative transportasi lain. Sarana Kereta Api
Unsri Indralaya menjadi peraduan 500-an mahasiswa menuju kampus. Membludaknya rasio
pengguna dengan moda transportasi yang tersedia ‘terpaksa’ membuat pihak
pengelola, PJ Kereta Api menambah gerbong menjadi 10 buah dari yang sebelumnya
hanya 3 Buah.
Animo ratusan
mahasiswa bahkan menjadi tontonan menarik sejumlah penumpang yang menumpang
kereta dengan jurusan lain. Sebagian dari mereka bahkan mengabadikan momen ‘kejar-kejaran’
mahasiswa dengan kamera Ponsel yang dimiliki. Tentu menjadi satu perhatian
menarik, ketika Rektor Unsri, Prof.Badia Parizade terlihat dalam kerumunan
mahasiswa. kendati mendapat pengamanan khusus dari pihak pengelola, namun
terlihat semangat Badia yang tak kalah dengan muda-mudi lainnya.
Konvergen dengan
itu, hal ini merupakan sebuah tamparan keras bagi Pempro Sumsel agar dapat
mengelola persoalan aksesifitas jalan raya dengan lebih optimal. Pemberlakuan aturan
gelap, buka-tutup jalan terang saja menjadi persoalan baru dari sebuah
permasalahan. Implikasinya, terjadi penumpukan kendaraan berlebih.
Selain itu,
keberadaan Terminal Karya Jaya menjadi persoalan penting terkait dengan
kemacetan. Pada titik ini sering kali ditenggarai sebagai biang kemacetan. Pasalnya,
dititik inilah pertemuan antara kendaraan yang hendak menuju Indralaya dan
Palembang serta kendaraan besar yang tengah berusaha keluar dan masuk ke
terminal.
Menjadi perhatian
serius bagi Pemro Sumsel dalam menata kelola sistem Jalan raya di Sumsel. Persoalan
ini tentu bukan yang pertama. Namun, sepertinya Pemerintah tak belajar dari
pengalaman. Terkesan ada unsur pembiaran Pempro dalam mengelola sistem Jalan
raya di Sumsel. Kendati, setiap bulannya ada peremajaan Jalan dengan cara
tambal sulam. Namun, tetap tak mengurai akar permasalahan.
0 comments:
Posting Komentar