Pengendara ‘Disandera’ Kemacetan Panjang.

on Kamis, 22 Desember 2011

Sumber : Matanews.com
Kemacetan panjang yang menyandera pengendara Kamis, (20/12) lalu lalang di Jalan perbatasan Palembang-Indralaya semakin parah. Setelah beberapa bulan lalu mahasiswa melakukan aksi demonstrasi ke Pempro Sumsel terkait dengan pembatasan kuota angkutan batu-bara melintas di Jalan Indralaya tak menuai hasil yang maksimal. Sebagai bukti,deretan truk angkutan batu-bara terpaksa ikut-ikutan kena macet sebagai akibat dari nyungsepnya beberapa kendaraan kedalam rawa-rawa di bibir jalan Indralaya.
Tak pelak, hal ini membuat gusar beberapa kalangan. Mahasiswa menuding, Pempro tidak tegas dalam mengakomodir aspirasi bentukan mahasiswa beberapa bulan lalu. Kendati, hari ini adalah hari istimewa sejumlah mahasiswa, ternyata hal tersebut tentu tak seistimewa peristiwa yang melumpuhkan sejumlah aktifitas akademik di Unsri.
80% mahasiswa dan karyawan yang berdomisili di Palembang, membuat Unsri kampus Indralaya terlihat sepi dan lengang. Tak banyak mahasiswa yang tengah sibuk dengan urusan akademik. Bus Mahasiswa pun sampai pada pukul 10.00 WIB pagi hanya bercokol satu buah bus. Unsri benar-benar lumpuh.
Puluhan bus yang mengangkut ratusan mahasiswa pun memilih untuk memutar kembali ke Palembang. Tak ayal, banyak dari mahasiswa mengurungkan niatnya untuk kuliah. Pilihan pun jatuh dengan menggunakan alternative transportasi lain. Sarana Kereta Api Unsri Indralaya menjadi peraduan 500-an mahasiswa menuju kampus. Membludaknya rasio pengguna dengan moda transportasi yang tersedia ‘terpaksa’ membuat pihak pengelola, PJ Kereta Api menambah gerbong menjadi 10 buah dari yang sebelumnya hanya 3 Buah.
Animo ratusan mahasiswa bahkan menjadi tontonan menarik sejumlah penumpang yang menumpang kereta dengan jurusan lain. Sebagian dari mereka bahkan mengabadikan momen ‘kejar-kejaran’ mahasiswa dengan kamera Ponsel yang dimiliki. Tentu menjadi satu perhatian menarik, ketika Rektor Unsri, Prof.Badia Parizade terlihat dalam kerumunan mahasiswa. kendati mendapat pengamanan khusus dari pihak pengelola, namun terlihat semangat Badia yang tak kalah dengan muda-mudi lainnya.
Konvergen dengan itu, hal ini merupakan sebuah tamparan keras bagi Pempro Sumsel agar dapat mengelola persoalan aksesifitas jalan raya dengan lebih optimal. Pemberlakuan aturan gelap, buka-tutup jalan terang saja menjadi persoalan baru dari sebuah permasalahan. Implikasinya, terjadi penumpukan kendaraan berlebih.
Selain itu, keberadaan Terminal Karya Jaya menjadi persoalan penting terkait dengan kemacetan. Pada titik ini sering kali ditenggarai sebagai biang kemacetan. Pasalnya, dititik inilah pertemuan antara kendaraan yang hendak menuju Indralaya dan Palembang serta kendaraan besar yang tengah berusaha keluar dan masuk ke terminal.
Menjadi perhatian serius bagi Pemro Sumsel dalam menata kelola sistem Jalan raya di Sumsel. Persoalan ini tentu bukan yang pertama. Namun, sepertinya Pemerintah tak belajar dari pengalaman. Terkesan ada unsur pembiaran Pempro dalam mengelola sistem Jalan raya di Sumsel. Kendati, setiap bulannya ada peremajaan Jalan dengan cara tambal sulam. Namun, tetap tak mengurai akar permasalahan.

0 comments: